Tips Agar Tetap Semangat Menjalankan Ibadah Ramadhan Selama Pandemi.
Bagi umat Islam ada satu bulan yang sangat bermakna dan dinantikan kedatangannya setiap tahun. Bulan ini penuh dengan amalan dan ibadah mulia yang berlipat ganjarannya. Bulan ini dikenal dengan bulan ampunan dan bertepatan dengan bulan ke-9 Tahun Hijriyah.
Bulan Ramadhan adalah waktu yang padanya umat Islam menunaikan Rukun Islam ketiga yaitu Puasa. Ramadhan tahun ini akan berbeda dengan Ramadhan tahun-tahun sebelumnya, karena pada Ramadhan kali ini dunia keadatangan tamu yang mematikan, yaitu sebuah virus yang penyebarannya sangat cepat, dan belum ditemukan vaksin yang mampu untuk memusnahkannya, ialah Virus Korona, Covid-19.
Semenjak virus ini melanda tanah air Indonesia, Umara telah mengeluarkan himbauan untuk tidak melaksanakan kegiatan yang sifatnya menghimpun masa. Majelis Ulama juga telah mengeluarkan fatwa untuk tidak melaksanakan shalat berjamaah di Mesjid sementara waktu, termasuk didalamnya ibadah shalat jum'at.
Kebijakan ini tentu akan mempengaruhi Nuansa Ramadhan yang kita alami selama ini, karena shalat tarawih (qiyamullail) berjama'ah dan I'tikaf di Mesjid-Mesjid ditiadakan, acara buka bersama, serta kegiatan-kegiatan Ramadhan lainnya yang mengumpulkan banyak orang di satu tempat.
Lalu, bagaimana kita menyiasati hari-hari di Bulan Mulia ini? Yuk, simak 10 tips dari zawiyah fiqih agar kita tetap bersuka-cita melalui Ibadah Ramadhan tahun ini.
1. Yakin dan percaya bahwa segala sesuatu yang menimpa kita adalah ketetapan Allah SWT.
Sebagai seorang Muslim sudah seharusnya kita meyakini dan percaya bahwa apa yang terjadi di dunia ini tidak akan pernah terjadi tanpa kuasa Allah, pencipta alam semesta. Sebagaimana firman Allah subhaanahu wata’aala:
قُل لَّن یُصِیبَنَاۤ إِلَّا مَا كَتَبَ ٱللَّهُ لَنَاهُوَمَوۡلَىٰنَاۚ وَعَلَى ٱللَّهِ فَلۡیَتَوَكَّلِ ٱلۡمُؤۡمِنُونَ
Artinya: Katakanlah (Muhammad), “Tidak akan menimpa kami melainkan apa
yang telah ditetapkan Allah bagi kami. Dialah pelindung kami, dan hanya
kepada Allah hendaknya orang-orang mukmin bertawakal.” (QS. At-Taubah
ayat 51).
Semua yang terjadi sudah termaktub di Lauhul Mahfuzh baik perkara agama maupun dunia. Maka sebagai hamba-Nya kita wajib ridha terhadap takdirNya. Tugas kita hanya melaksanakan ikhtiar terbaik. Hanya kepada Allah-lah kita bertawakkal, Allah akan mendatangkan maslahat dan menolak mudarat dengan bersandar kepadaNya. Adapun orang yang bertawakal kepada selainNya, maka dia akan terlantar dan tidak berhasil meraih apa yang diangan-angankannya.
2. Selalu bersyukur dan bersabar atas situasi dan kondisi saat ini.
Jika seseorang beriman kepada takdir Allah, maka jiwanya akan tenang dan hatinya akan lapang dengan apa pun yang terjadi pada dirinya, termasuk hal-hal yang tidak disukainya. Sebab, dia meyakini bahwa musibah-musibah yang dia terima telah Allah tetapkan atas dirinya. Untuk melalui ketetapan ini tentu harus diiringi dengan sabar dan penuh syukur.
Rasulullah
shalallaahu ‘alaihi wassalam bersabda,
عَجَبًا لِّأَمْرِ الْمُؤْمِنِ، إِنَّ أَمْرَهُ كُلَّهُ خَيْرٌ، وَلَيْسَ ذَاكَ لِأَحَدٍ إِلاَّ لِلْمُؤْمِنِ، إِنْ أَصَابَتْهُ سَرَّاءُ شَكَرَ، فَكَانَ خَيْرًا لَهُ؛ وَإِنْ أَصَابَتْهُ ضَرَّاءُ صَبَرَ، فَكَانَ خَيْرًا لَهُ
Artinya: “Sungguh menakjubkan urusan orang beriman. Seluruh urusannya merupakan kebaikan, dan ini tidak dimiliki kecuali oleh orang beriman. Jika mendapatkan kenikmatan, dia bersyukur, dan itu baik baginya; jika tertimpa musibah, dia bersabar, dan itu baik baginya.” (HR. Muslim no. 7692)
3. Husnuzzhan bahwa Allah sedang memberikan kesempatan lebih untuk kita bermanja dan mengadu pada-Nya.
Prasangka bukanlah hal yang sepele, jika kita berbaik sangka maka akan baik pula kenyataan yang akan kita hadapi. Namun jika berburuk sangka, maka buruk pula realita yang akan kita jumpai. Karena Allah subhaanahu wa ta'aala mengikuti prasangka hambaNya.
أَنَا عِنْدَ ظَنِّ عَبْدِيْ بِيْ فَإِنْ ظَنَّ بِيْ خَيْرًا فَلَهُ الخَيْرُ فَلَا تَظُنُّوْا بِاللهِ إِلَّا خَيْرًا
Artinya: Aku menuruti prasangka hambaKu, jika ia berprasangka baik padaKu, maka baginya kebaikan. Maka, jangan berprasangka terhadap Allah kecuali kebaikan.
4. Memperbanyak zikir dan sholawat di penghujung Bulan Sya'ban ini.
Bulan Sya'ban tinggal hitungan hari, masih tersedia kesempatan bagi kita untuk melatih diri, memperbanyak ibadah sunnah seperti berzikir, bershalawat kapan dan dimanapun berada asal tidak di tempat yang dilarang. Ssstt, dalil shalawat turun pada Bulan Sya'ban, loh.
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اذْكُرُوا اللَّهَ ذِكْرًا كَثِيرًا
Artinya: "Wahai orang-orang yang beriman! Ingatlah kepada Allah, dengan menyebut namaNya sebanyak-banyaknya." (QS. Al-Ahzab: 41)
5. Sentiasa berdo'a agar Allah izinkan kita mampu melewati Bulan Suci Ramadhan dengan kemenangan.
Allah berfirman:
وَقَالَ رَبُّكُمُ ادْعُونِي أَسْتَجِبْ لَكُمْ إِنَّ الَّذِينَ يَسْتَكْبِرُونَ عَنْ عِبَادَتِي سَيَدْخُلُونَ جَهَنَّمَ دَاخِرِينَ
Artinya: “Dan Rabb-mu berfirman: ‘Berdo’alah kepada-Ku, niscaya akan Aku perkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembahKu akan masuk Neraka Jahannam dalam keadaan hina.” (QS. Al-Mu’min : 60)
Do'a adalah salah satu sarana seorang hamba berkomunikasi dengan Tuhannya. Do'a tidak hanya sebagai wadah menyampaikan harapan dan memohon ampunan tapi memanjatkannya juga dinilai ibadah disisi Allah. Jadi, jangan pernah berhenti berdoa ya!
6. Tidak mengeluhkan wabah yang sedang terjadi.
وَعَسَىٰٓ أَن تَكْرَهُوا۟ شَيْـًٔا وَهُوَ خَيْرٌ لَّكُمْ ۖ وَعَسَىٰٓ أَن تُحِبُّوا۟ شَيْـًٔا وَهُوَ شَرٌّ لَّكُمْ ۗ وَٱللَّهُ يَعْلَمُ وَأَنتُمْ لَا تَعْلَمُونَ
Artinya: "Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui." (QS. Al-Baqarah : 216)
Tidak sedikit dari kita yang mengeluh, kesal, sedih karena kegiatan kita selama pandemi ini sangat terbatas. Kantor, sekolah, pasar bahkan transportasi hari demi hari terancam lumpuh. Tapi, akankah keadaan menjadi lebih baik bila kita mengeluh? Sejenak mungkin kita merasa lega setelah mengeluh tetapi percayalah rasa ini tidak akan bertahan lama. Sebab, pun keluhan kita tidak dapat menggantikan vaksin yang dapat melenyapkan covid-19.
7. Melihat sisi positif dan kebaikan Ramadhan pada masa ini.
Meski dihantui virus, kemuliaan Bulan Ramadhan pada masa pandemi ini tidak berkurang. Ia tetaplah bulan mulia, penuh ampunan dosa, amalan dilipat ganda, bulan dibukanya pintu Syurga ditutupnya Neraka, bulan penuh syafa'at dan lainnya. Kebaikan pada Bulan Ramadhan kali ini tetaplah sama dengan tahun-tahun sebelumnya. Maka, jadikan situasi ini sebagai sarana memupuk kedekatan antar anggota keluarga, ladang amal bagi para orangtua menghidupkan Ramadhan meski dari dalam rumah namun InsyaAllah tetap dapat meraih jannah. Hidupkan Ramadhan dari dalam rumah hingga keberkahannya tidak berlalu begitu saja dihadapan kita.
وَأَحْسِنُوا إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُحْسِنِينَ
Artinya: “...dan berbuat baiklah. Sungguh, Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik”. (QS Al-Baqarah : 195).
Dalam salah satu khutbah menjelang Ramadhan, Rasulullah mengungkapkan,
“Telah datang kepada kalian bulan Ramadhan, bulan yang diberkahi. Allah
telah mewajibkan di dalamnya puasa. Pada bulan itu Allah membuka pintu
langit, menutup pintu neraka, dan membelenggu setan-setan. Di dalamnya
Allah memiliki satu malam yang lebih baik dari seribu bulan. Barang
siapa yang diharamkan kebaikan malam itu maka ia sungguh telah
diharamkan (dari kebaiakan).” (HR. Ahmad, Nasa’i dan Baihaki).
8. Meyakini bahwa setiap ketetapan Allah sarat akan hikmah, sehingga kita bisa mengambil pelajaran darinya.
Saat ini mungkin tidak semua kita mengetahui atau merasakan apa hikmah dibalik situasi pandemi ini. Sebab, pendengaran dan suasana di sekitar kita tidak pernah puasa menyuarakan pandemi ini. Tapi bila kita berkaca kembali mematut diri, barangkali ini merupakan jalan baru yang Allah buka untuk kita mendekatkan diri pada Allah, alarm untuk bertaubat, sarana menambah pengetahuan agama maupun umum, meraih rezeki dengan cara berbeda, dan mengasah peka terhadap sesama umat manusia, juga melatih kreatifitas dalam berkarya. Jalan itu tentu tidak akan dapat dilihat secara kasat mata. Yuk, lapangkan hati dan improve diri!
9. Patuh kepada fatwa ulama dan aturan pemerintah, karena salah satu pilar syari'at adalah hifzunnafsi (menjaga diri). Tidaklah peraturan dan keputusan ini dibuat melainkan untuk kebaikan kita.
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوٓا۟ أَطِيعُوا۟ ٱللَّهَ وَأَطِيعُوا۟ ٱلرَّسُولَ وَأُو۟لِى ٱلْأَمْرِ مِنكُمْ ۖ فَإِن تَنَٰزَعْتُمْ فِى شَىْءٍ فَرُدُّوهُ إِلَى ٱللَّهِ وَٱلرَّسُولِ إِن كُنتُمْ تُؤْمِنُونَ بِٱللَّهِ وَٱلْيَوْمِ ٱلْأاخِرِ ۚ ذَٰلِكَ خَيْرٌ وَأَحْسَنُ تَأْوِيلًا
Artinya: "Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul-Nya, dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al-Quran) dan Rasul (sunnah), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari akhir. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya." (QS. An-Nisa' : 59)
Fatwa majelis ulama dan aturan pemerintah tidak diputuskan tanpa pertimbangan. Semua itu semata-semata dilakukan sebagai usaha untuk menjaga keselamatan diri, keluarga dan saudara-saudara kita, juga sebagai bentuk kepatuhan kita kepada Umara dan Ulama sebagaimana firman Allah Ta'ala di atas.
10. Buat target ibadah Ramadhan bersama keluarga, teman atau sahabat.
Keberkahan bulan Ramadhan tidak hanya milik seorang insan saja, tetapi kenikmatannya akan lebih indah jika ditegakkan bersama anggota keluarga. Hal ini dapat dicapai jika seluruh anggota keluarga bekerja sama dan saling berlomba dalam menunaikan ibadah dan amalan Ramadhan, seperti shalat malam (taraweh, witir), tilawah, zikir, shalat dhuha dan sebagainya.
Allah
subhaanahu wa ta'aala berfirman:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا قُوا أَنْفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا وَقُودُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ عَلَيْهَا مَلائِكَةٌ غِلاظٌ شِدَادٌ لا يَعْصُونَ اللَّهَ مَا أَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُونَ مَا يُؤْمَرُونَ
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu, penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, yang tidak mendurhakai Allah atas apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang Allah perintahkan.” (QS. At-Tahrim : 6)
Pada ayat ini Allah subhaanahu wa ta'aala menyeru orang beriman untuk memelihara keluarganya agar terhindar dari api neraka. Sayyidina Ali radhiyallaahu 'anhu juga berkata, “Ajari dirimu dan keluargamu kebaikan, didiklah mereka untuk itu.” Secara umum kepala keluarga bertanggung jawab melindungi anggota keluarganya dari siksaan api neraka dengan mengajarkan kepada anggota keluarganya ilmu agama dan akhlak yang mulia.
Umar bin Khattab juga rutin bangun malam, untuk melaksanakan shalat tahajjud dan membangunkan keluarganya untuk shalat, “Shalat…shalat...” Kemudian membaca ayat,
وَأْمُرْ أَهْلَكَ بِٱلصَّلَوٰةِ وَٱصْطَبِرْ عَلَيْهَا ۖ لَا نَسْـَٔلُكَ رِزْقًا ۖ نَّحْنُ نَرْزُقُكَ ۗ وَٱلْعَٰقِبَةُ لِلتَّقْوَىٰ
Artinya: "Dan perintahkanlah kepada keluargamu mendirikan shalat dan bersabarlah kamu dalam mengerjakannya. Kami tidak meminta rezeki kepadamu, Kamilah yang memberi rezeki kepadamu. Dan akibat (yang baik) itu adalah bagi orang yang bertakwa." ( QS. Thaha : 132)
Pada kitab Hilyatul Auliya' (2/384) disebutkan, Malik bin Dinar melihat seorang laki-laki yang shalatnya tidak benar. Ia berkata, “Aku Kasihan kepada keluarganya.” Seorang bertanya padanya, “Abu Yahya, orang ini shalatnya tidak benar, tetapi mengapa engkau justru kasihan kepada keluarganya?” ia menjawab, “Ia adalah orang yang paling tua di antara mereka, dan darinyalah keluarganya belajar."
Wallaahua'lam
Semoga tips ini bermanfaat dan dapat membakar semangat teman-teman menjalankan Ibadah Ramadhan tahun ini, yaa... Aamiin
_ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _
ditulis oleh: Admin Zawiyah Fiqih Official