April 2020
Doa Iftitah: Seri Kedua, Ada beberapa riwayat tentang bacaan doa iftitah dari Rasulullah SAW, sebagaimana yang telah kita sebutkan pada Doa Iftitah Seri Pertama, pada tulisan kali ini kita akan paparkan doa iftitah seri kedua.

Doa iftitah Seri Kedua adalah sebagai berikut:

اللَّهُ أَكْبَرُ كَبِيرَاً، وَالْحَمْدُ لِلَّهِ كَثيراً، وَسُبْحَانَ اللَّهِ بُكْرَةً وَأَصِيلاً (رواه مسلم)

Alloohu akbar kabiiroo wal hamdu lillaahi katsiirow wa subhaanalloohi bukrotaw wa ashiilaa.

Artinya: "Allah Maha Besar dengan sebesar-besarnya, segala puji bagi Allah dengan pujian yang banyak. Mahasuci Allah pada waktu pagi dan petang." (HR. Muslim)

Doa iftitah ini berdasarkan Hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim dalam kitab Shohih Muslim:

عن ابن عمر رضي الله عنهما قال بينما نحن نصلي مع رسول الله صلى الله عليه وسلم إذ قال رجل في القوم : الله أكبر كبيراً والحمد لله كثيراً وسبحان الله بكرة وأصيلاً . فقال رسول الله صلى الله عليه وسلم من القائل كلمة كذا وكذا ؟ قال رجل من القوم : أنا يا رسول الله . قال : عجبت لها فتحت لها أبواب السماء . قال ابن عمر : فما تركتهن منذ سمعت رسول الله صلى الله عليه وسلم يقول ذلك. (رواه مسلم)

Terjemahannya: 

Diriwayatkan dari Ibnu Umar RA dia berkata: Ketika kami sedang sholat bersama Nabi SAW, tiba-tiba seorang laki-laki mengucapkan: MAHA BESAR ALLAH SEBESAR-BESARNYA, DAN SEGALA PUJI BAGI ALLAH SEBANYAK-BANYAK NYA, DAN MAHA SUCI ALLAH DIWAKTU PAGI DAN PETANGLalu Rasulullah SAW bertanya: siapa yang mengucapkan kata-kata (doa) tadi? Seorang laki-laki menjawab: saya wahai Rasulullah. Rasulullah SAW berkata: saya takjub dengan doa ini, doa ini membuat pintu-pintu langit terbuka. Ibnu Umar R.A berkata: semenjak saya mendengar Rasulullah SAW mengatakan hal tersebut, saya tidak pernah meninggalkan doa ini. (HR. Muslim)


اللَّهُ أَكْبَرُ كَبِيرَاً

ALLOOHU AKBAR KABIIROO
Allah Maha Besar dengan sebesar-besarnya

وَالْحَمْدُ لِلَّهِ كَثيراً

WAL HAMDU LILLAAHI KATSIIROO
Segala puji bagi Allah dengan pujian yang banyak

وَسُبْحَانَ اللَّهِ بُكْرَةً وَأَصِيلاً

WA SUBHAANALLOOHI BUKROTAW WA ASHIILAA
Mahasuci Allah pada waktu pagi dan petang


Doa iftitah adalah doa yang dibaca dalam shalat pada rakaat pertama setelah Takbiratul Ihram sebelum membaca surat Al-Fatihah, Doa ini dibaca dengan pelan baik oleh imam dan makmum dalam sholat berjamaah atau sholat sendirian.

Hukum membaca doa iftitah dalam sholat itu sendiri adalah sunnah, maka jika seorang muslim meninggalkannya dalam sholat, sholatnya tetap sah dan tidak batal. Maka, jika kamu merasa pernah lupa membaca doa iftitah dalam sholat, kamu tidak perlu khawatir tentang sah tidaknya sholat yang kamu lakukan. Sholat yang kamu lakukan tetap sah, tapi kamu tidak mendapatkan pahala sunnah dari bacaan doa iftitah.
Cara Sholat Jenazah Laki-Laki dan Perempuan

Apabila seorang muslim meninggal dunia maka ada empat kewajiban kaum muslimin yang masih hidup terhadap saudara mereka yang telah meninggal dunia ini, kewajiban ini adalah kewajiban yang sifat nya Fardu Kifayah, maksudnya kewajiban yang ditujukan kepada seluruh kaum muslimin secara global, apa bila dikerjakan oleh sebagian kaum muslimin maka kewajiban itu gugur dari yang lain.

Kewajiban itu dengan urutan sebagai berikut: Memandikan, Mengafankan, Menyolatkan, dan terakhir Menguburkan.

Setelah jenazah dimandikan dan dikanfankan, maka kewajiban berikutnya adalah menyolatkan jenazah tersebut, diantara hikmah dari menyolatkan jenazah itu adalah untuk mendoakan jenazah dan memohon ampunan baginya.


Ibnu Hajar Alhaitamy dalam kitabnya Tuhfatul Muhtaaj fi Syarhil Minhaaj[1] mengatakan: Rukun yang keenam dari sholat jenazah adalah: mendoakan jenazah secara khusus, paling sedikit mengucapkan susuatu yang sudah bisa di katakan sebagai doa, karena doa itulah maksud utama dari sholat jenazah dan yang sebelum doa itu adalah pendahuluan untuk doa tersebut, dan telah diriwayat kan secara shahih:

إذَا صَلَّيْتُمْ عَلَى الْمَيِّتِ فَأَخْلِصُوا لَهُ الدُّعَاءَ

Artinya: "Jika kalian menyalatkan jenazah maka ikhlaslah mendoakannya."

Cara sholat jenazah wajib diketahui karena merupakan suatu kewajiban yang harus dilakukan sebelum menguburkannya. Sama dengan memandikan, menyolatkan jenazah hukumnya juga merupakan fardu kifayah.

Cara Sholat Jenazah

Berbeda dengan sholat lainnya, cara sholat jenazah tidak memiliki gerakan rukuk, sujud, duduk di antara dua sujud, dan lain-lain. Hanya ada gerakan takbiratul ihram, karena memang dalam cara sholat jenazah kamu hanya berdiri, tanpa gerakan lainnya.

Selain itu, cara sholat jenazah untuk jenazah laki-laki dan perempuan berbeda pula. Jadi kamu harus memperhatikannya karena bahkan bacaan sholat jenazah untuk laki-laki dan perempuan juga berbeda sebagai bagian dari cara sholat jenazah. Begini rukun sholat jenazah:

1. Niat
2. Berdiri bagi yang mampu
3. Empat kali takbir
4. Mengangkat tangan pada saat takbir pertama
5. Membaca surat Al Fatihah
6. Membaca sholawat Nabi
7. Berdoa untuk jenazah
8. Salam

Dalam sebuah hadits dikatakan bahwa:

"Barangsiapa yang menyaksikan jenazah sampai ia menyolatkannya, maka baginya satu qiroth. Lalu barangsiapa yang menyaksikan jenazah hingga dimakamkan, maka baginya dua qiroth. Ada yang bertanya, Apa yang dimaksud dua qiroth? Rasulullah shallallahu'alaihi wa sallam lantas menjawab, Dua qiroth itu semisal dua gunung yang besar." (HR. Bukhari dan Muslim)

Cara sholat jenazah untuk jenazah perempuan

Cara sholat jenazah untuk perempuan yang pertama adalah posisi imam berada pada searah pusar jenazah. Di belakang imam, para makmum disarankan untuk membuat shaf yang ganjil dengan urutan makmum laki-laki dewasa di depan, lalu di belakangnya makmum perempuan dewasa. Menyolatkan jenazah memberikan pahala yang sangat besar untuk orang-orang yang melaksanakannya.

Selanjutnya, ada beberapa bacaan yang harus dilafalkan saat menyolatkan jenazah perempuan sebagai cara sholat jenazah yang akan dilakukan. Cara sholat jenazah pertama adalah niat. Pengucapan niat sholat jenazah antara laki-laki dan perempuan berbeda.

Niat sholat jenazah perempuan:

أُصَلِّي عَلَى هَذِهِ المَيْتَةِ أَرْبَعَ تَكْبِيْرَاتٍ فَرْضَ الكِفَايَةِ مَأْمُوْمًا لِلَّهِ تَعَالَى

Usholli 'alaa haadzihil mayyitati arba'a takbiratatin fardhol kifayaatai ma'muuman lillahi ta'aala.

Yang Artinya: Saya niat sholat atas mayit ini empat kali takbir fardhu kifayah, sebagai makmum karena Allah Ta’ala.

Setelah niat, langsung takbir pertama dengan membaca Surat Al-Fatihah.

Selanjutnya pada takbir kedua membaca Sholawat,

اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ، وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ، كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ، وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ، وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ، كَمَا بَارَكْتَ عَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ فِي الْعَالَمِينَ إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ

Allahumma sholli alaa muhammad wa ala aali muhammad. Kamaa sholaita ala aali ibroohim. Wa baarik ala muhammad wa ala aali muhammad. Kamaa baarokta ala aali ibroohim. Fil aalamiina Innaka hamidun majiid.

Dilanjutkan dengan takbir ketiga dengan membaca doa:

اللَّهُمَّ اغْفِرْ لها وَارْحَمْها وَعَافِها وَاعْفُ عَنْها وَأَكْرِمْ نُزُلَها وَوَسِّعْ مُدْخَلَها وَاغْسِلْها بِالْمَاءِ وَالثَّلْجِ وَالْبَرَدِ وَنَقِّها مِنْ الْخَطَايَا كَمَا نَقَّيْتَ الثَّوْبَ الْأَبْيَضَ مِنْ الدَّنَسِ وَأَبْدِلْها دَارًا خَيْرًا مِنْ دَارِها وَأَهْلًا خَيْرًا مِنْ أَهْلِها وَزَوْجًا خَيْرًا مِنْ زَوْجِها وَأَدْخِلْها الْجَنَّةَ وَأَعِذْها مِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ أَوْ مِنْ عَذَابِ النَّارِ

Allohummaghfirlahaa warhamhaa wa’aafihaa wa’fu ‘anhaa wa akrim nuzulahaa wawassi’ mudkholahaa waghsilhaa bil maa-i wats tsalji wal barod. Wa naqqihaa minal khothooyaa kamaa naqqoitats tsaubal abyadho minad danas. Wa abdilhaa daaron khoiron min daarihaa wa ahlan khoiron min ahlihaa wa zaujan khoiron min zaujihaa wa adkhilhal jannata wa a’idzhaa min ‘adzaabin qobri au min ‘adzaabin naar

“Ya Allah! Ampunilah dia, berilah rahmat kepadanya, selamatkanlah dia, maafkanlah dia dan tempatkanlah di tempat yang mulia (Surga), luaskan kuburannya, mandikan dia dengan air salju dan air es. Bersihkan dia dari segala kesalahan, sebagaimana Engkau membersihkan baju yang putih dari kotoran, berilah rumah yang lebih baik dari rumahnya (di dunia), berilah keluarga yang lebih baik daripada keluarganya (di dunia), pasangan yang lebih baik daripada pasangannya (di dunia), dan masukkan dia ke Surga, jagalah dia dari siksa kubur dan Neraka."

Atau bisa juga dibaca versi pendek saja, seperti di bawah ini:

اللَّهُمَّ اغْفِرْ لها وَارْحَمْها وَعَافِها وَاعْفُ عَنْها

Allahummagh firlahaa waa warhamhaa wa'aafihaa wa'fu anhaa.
“Ya Allah! Ampunilah dia, berilah rahmat kepadanya, selamatkanlah dia, maafkanlah dia

Pada takbir keempat membaca doa:

اللَّهُمَّ لاَ تَحْرِمْنَا أَجْرَهَا وَلاَ تَفْتِنَّا بَعْدَهَا وَ اغْفِرْ لَنَا وَلَهَا

Allahumma la tahrim naa ajrahaa walaa taftinnaa ba'dahaa waghfirlanaa walahaa.
"Ya Allah, jangan haramkan kami dari pahalanya dan jangan cobai kami sepeninggalnya. Ampunilah kami dan ampunilah dia."

Kemudian salam ke kanan dan ke kiri dalam posisi berdiri.

Sedangkan cara sholat jenazah untuk jenazah laki-laki posisi imam berbeda dengan menyolatkan jenazah perempuan. Cara sholat jenazah untuk laki-laki adalah posisi imam berada sejajar dengan kepala jenazah. Menyolatkan jenazah lebih diutamakan dilaksanakan di masjid atau musholla terdekat, namun bila masjid atau musholla jauh maka bisa dilakukan di rumah.

Niat sholat jenazah laki-laki:

أُصَلِّي عَلَى هَذَا المَيْتِ أَرْبَعَ تَكْبِيْرَاتٍ فَرْضَ الكِفَايَةِ مَأْمُوْمًا لِلَّهِ تَعَالَى

Usholli 'alaa haadzal mayyiti arba'a takbiratatin fardhol kifayaati ma'muuman lillahi ta'aala.

Yang Artinya: Saya niat sholat atas mayit ini empat kali takbir fardhu kifayah, sebagai makmum karena Allah Ta’ala.

Setelah niat, langsung takbir pertama dengan membaca Surat Al-Fatihah.

Selanjutnya pada takbir kedua membaca Sholawat,

اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ، وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ، كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ، وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ، وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ، كَمَا بَارَكْتَ عَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ فِي الْعَالَمِينَ إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ

Allahumma sholli alaa muhammad wa ala aali muhammad. Kamaa sholaita ala aali ibroohim. Wa baarik ala muhammad wa ala aali muhammad. Kamaa baarokta ala aali ibroohim. Fil aalamiina Innaka hamidun majiid.

Dilanjutkan dengan takbir ketiga dengan membaca:

اللَّهُمَّ اغْفِرْ له وَارْحَمْها وَعَافِها وَاعْفُ عَنْه وَأَكْرِمْ نُزُلَه وَوَسِّعْ مُدْخَلَه وَاغْسِلْه بِالْمَاءِ وَالثَّلْجِ وَالْبَرَدِ وَنَقِّه مِنْ الْخَطَايَا كَمَا نَقَّيْتَ الثَّوْبَ الْأَبْيَضَ مِنْ الدَّنَسِ وَأَبْدِلْه دَارًا خَيْرًا مِنْ دَارِه وَأَهْلًا خَيْرًا مِنْ أَهْلِه وَزَوْجًا خَيْرًا مِنْ زَوْجِه وَأَدْخِلْه الْجَنَّةَ وَأَعِذْها مِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ أَوْ مِنْ عَذَابِ النَّارِ

Allohummaghfirlahu warhamhu wa’aafihi wa’fu ‘anhu wa akrim nuzulahu wawassi’ mudkholahu waghsilhu bil maa-i wats tsalji wal barod. Wa naqqihi minal khothooyaa kamaa naqqoitats tsaubal abyadho minad danas. Wa abdilhu daaron khoiron min daarihi wa ahlan khoiron min ahlihi wa zaujan khoiron min zaujihi wa adkhilhul jannata wa a’idzhu min ‘adzaabin qobri au min ‘adzaabin naar.

“Ya Allah! Ampunilah dia, berilah rahmat kepadanya, selamatkanlah dia, maafkanlah dia dan tempatkanlah di tempat yang mulia (Surga), luaskan kuburannya, mandikan dia dengan air salju dan air es. Bersihkan dia dari segala kesalahan, sebagaimana Engkau membersihkan baju yang putih dari kotoran, berilah rumah yang lebih baik dari rumahnya (di dunia), berilah keluarga yang lebih baik daripada keluarganya (di dunia), pasangan yang lebih baik daripada pasangannya (di dunia), dan masukkan dia ke Surga, jagalah dia dari siksa kubur dan Neraka”.

Atau bisa juga dibaca versi pendek saja, seperti di bawah ini:

اللَّهُمَّ اغْفِرْ له وَارْحَمْها وَعَافِها وَاعْفُ عَنْه

Allohummaghfirlahu warhamhu wa’aafihi wa’fu ‘anhu
“Ya Allah! Ampunilah dia, berilah rahmat kepadanya, selamatkanlah dia, dan maafkanlah dia.

Pada takbir keempat membaca:

اللَّهُمَّ لاَ تَحْرِمْنَا أَجْرَهُ وَلاَ تَفْتِنَّا بَعْدَهُ وَ اغْفِرْ لَنَا وَلَهُ

Allohumma laa tahrimnaa ajrohu wa laa taftinnaa ba’dahu waghfirlanaa walahu
"Ya Allah, jangan haramkan kami dari pahalanya dan jangan cobai kami sepeninggalnya. Ampunilah kami dan ampunilah dia."


Kemudian salam ke kanan dan ke kiri dalam posisi berdiri.


Reserensi:

[1]. Tuhfatul Muhtaaj fi Syarhil Minhaaj, jilid 3, hal 137, Cet. al-Maktabah at-Tijariyah al-Kubro, tahun 1357 H - 1983 M.
Serial Doa Iftitah: Seri Pertama

Doa iftitah adalah doa yang dibaca dalam shalat pada rakaat pertama setelah Takbiratul Ihram sebelum membaca surat Al-Fatihah, Doa ini dibaca dengan pelan baik oleh imam dan makmum dalam sholat berjamaah atau sholat sendirian.

Hukum membaca doa iftitah dalam sholat itu sendiri adalah sunnah, maka jika seorang muslim meninggalkannya dalam sholat, sholatnya tetap sah dan tidak batal. Maka, jika kamu merasa pernah lupa membaca doa iftitah dalam sholat, kamu tidak perlu khawatir tentang sah tidaknya sholat yang kamu lakukan. Sholat yang kamu lakukan tetap sah, tapi kamu tidak mendapatkan pahala sunnah dari bacaan doa iftitah.

Ada beberapa riwayat dari Rasulullah SAW tentang bacaan doa ifititah, diantaranya doa berikut ini:

اَللَّهُمَّ بَاعِدْ بَيْنِيْ وَبَيْنَ خَطَايَايَ كَمَا بَاعَدْتَ بَيْنَ الْمَشْرِقِ وَالْمَغْرِبِ اللَّهُمَّ نَقِّنِيْ مِنْ خَطَايَايَ كَمَا يُنَقَّى الثَّوْبُ الْأَبْيَضُ مِنَ الدَّنَسِ اللَّهُمَّ اغْسِلْنِيْ مِنْ خَطَايَايَ بِالْمَاءِ وَالثَّلْجِ وَالْبَرَدِ (رواه البخاري)

Allaahumma Baa’id Bainii Wa Baina Khothooyaaya, Kamaa Baa’adta Bainal Masyriqi Wal Maghrib, Allaahumma Naqqinii Min Khothooyaaya, Kamaa Yunaqqots Taubul Abyadhu Minad Danas, Allaahummaghsilnii Min Khothooyaaya, Bil Maa-i Wats Tsalji Wal Barod.

Terjemahannya:

"Ya Allah, jauhkanlah antara aku dan kesalahan-kesalahanku, Sebagaimana Engkau menjauhkan antara timur dan barat, Ya Allah, bersihkanlah aku dari kesalahan-kesalahanku, Sebagaimana Engkau menjauhkan antara timur dan barat, Ya Allah, bersihkanlah aku dari kesalahan-kesalahanku, Sebagaimana baju putih dibersihkan dari kotoran, Ya Allah, cucilah aku dari kesalahan-kesalahanku, dengan air, salju dan embun." (HR. Bukhori)



اَللَّهُمَّ بَاعِدْ بَيْنِيْ وَبَيْنَ خَطَايَايَ

ALLAAHUMMA BAA’ID BAINII WA BAINA KHOTHOOYAAYA
Ya Allah, jauhkanlah antara aku dan kesalahan-kesalahanku

كَمَا بَاعَدْتَ بَيْنَ الْمَشْرِقِ وَالْمَغْرِبِ

KAMAA BAA’ADTA BAINAL MASYRIQI WAL MAGHRIB
Sebagaimana Engkau menjauhkan antara timur dan barat

اللَّهُمَّ نَقِّنِيْ مِنْ خَطَايَايَ

ALLAAHUMMA NAQQINII MIN KHOTHOOYAAYA
Ya Allah, bersihkanlah aku dari kesalahan-kesalahanku

كَمَا يُنَقَّى الثَّوْبُ الْأَبْيَضُ مِنَ الدَّنَسِ

KAMAA YUNAQQOTS TAUBUL ABYADHU MINAD DANAS
Sebagaimana baju putih dibersihkan dari kotoran

اللَّهُمَّ اغْسِلْنِيْ مِنْ خَطَايَايَ

ALLAAHUMMAGHSILNII MIN KHOTHOOYAAYA
Ya Allah, cucilah aku dari kesalahan-kesalahanku

بِالْمَاءِ وَالثَّلْجِ وَالْبَرَدِ

BIL MAA-I WATS TSALJI WAL BAROD
Dengan air, salju dan embun
Doa Menyambut Hilal Bulan Ramadhan Sesuai Sunnah

إن النبي صلى الله عليه وسلم كان إذا رأى الهلال في رمضان وفي غيره يقول‏:‏ « اللَّهُ أَكْبَر ‏اللَّهُمَّ أَهِلَّهُ عَلَيْنَا بِالْيُمْنِ وَالْإِيْمَان والسَّلَامَةِ وَالْإِسْلَام رَبِّيْ وَرَبُّكَ اللَّه » ‏ ‏رواه الترمذي

Sesungguhnya Nabi Shallallaahu 'alaihi wasallam ketika melihat Hilal Ramadhan dan bulan lainnya berdoa: "Allah Maha Besar, Yaa Allah hadirkan  awal bulan ini (Ramadhan) kepada kami dengan penuh keberkahan  dan iman, serta keselamatan dan Islam. Rabb-ku dan Rabb-mu adalah Allah." (HR. Tirmidzi)



Dalam riwayat lain Rasulullah SAW mengajarkan doa berikut:

اللَّهُمَّ سَلِّمْنِيْ لِرَمَضَانَ وَسَلِّمْ رَمَضَانَ لِيْ وَسَلِّمْهُ مِنِّيْ

Allāhumma sallimnī li Ramadhāna, wa sallim Ramadhāna lī, wa sallimhu minnī.

Artinya: "Ya Allah, selamatkanlah aku (dari penyakit dan uzur lain) demi (ibadah) Bulan Ramadhan, selamatkanlah (penampakan hilal) Ramadhan untukku, dan selamatkanlah aku (dari maksiat) di Bulan Ramadhan." (HR. Iman At Thabarani dan Imam Ad Dailami.)


Selamat menjalankan ibadah puasa Ramadhan 1441 H, Semoga Ramadhan tahun ini lebih baik dari tahun-tahun sebelumnya, dan semoga kita semua di jauhkan oleh Allah SWT dari segala macam penyakit dan bahaya, diberi kekuatan dan kesehatan untuk menjalankan ibadah puasa dengan sempurna, Allahumma Aamiin.
Tips Agar Tetap Semangat Menjalankan Ibadah Ramadhan Selama Pandemi.

Bagi umat Islam ada satu bulan yang sangat bermakna dan dinantikan kedatangannya setiap tahun. Bulan ini penuh dengan amalan dan ibadah mulia yang berlipat ganjarannya. Bulan ini dikenal dengan bulan ampunan dan bertepatan dengan bulan ke-9 Tahun Hijriyah.

Bulan Ramadhan adalah waktu yang padanya umat Islam menunaikan Rukun Islam ketiga yaitu Puasa. Ramadhan tahun ini akan berbeda dengan Ramadhan tahun-tahun sebelumnya, karena pada Ramadhan kali ini dunia keadatangan tamu yang mematikan, yaitu sebuah virus yang penyebarannya sangat cepat, dan belum ditemukan vaksin yang mampu untuk memusnahkannya, ialah Virus Korona, Covid-19.

Semenjak virus ini melanda tanah air Indonesia, Umara telah mengeluarkan himbauan untuk tidak melaksanakan kegiatan yang sifatnya menghimpun masa. Majelis Ulama juga telah mengeluarkan fatwa untuk tidak melaksanakan shalat berjamaah di Mesjid sementara waktu, termasuk didalamnya ibadah shalat jum'at.

Kebijakan ini tentu akan mempengaruhi Nuansa Ramadhan yang kita alami selama ini, karena shalat tarawih (qiyamullail) berjama'ah dan I'tikaf di Mesjid-Mesjid ditiadakan, acara buka bersama, serta kegiatan-kegiatan Ramadhan lainnya yang mengumpulkan banyak  orang di satu tempat.


Lalu, bagaimana kita menyiasati hari-hari di Bulan Mulia ini? Yuk, simak 10 tips dari zawiyah fiqih agar kita tetap bersuka-cita melalui Ibadah Ramadhan tahun ini.

1. Yakin dan percaya bahwa segala sesuatu yang menimpa kita adalah ketetapan Allah SWT.

Sebagai seorang Muslim sudah seharusnya kita meyakini dan percaya bahwa apa yang terjadi di dunia ini tidak akan pernah terjadi tanpa kuasa Allah, pencipta alam semesta. Sebagaimana firman Allah subhaanahu wata’aala:


قُل لَّن یُصِیبَنَاۤ إِلَّا مَا كَتَبَ ٱللَّهُ لَنَاهُوَمَوۡلَىٰنَاۚ وَعَلَى ٱللَّهِ فَلۡیَتَوَكَّلِ ٱلۡمُؤۡمِنُونَ

Artinya: Katakanlah (Muhammad), “Tidak akan menimpa kami melainkan apa yang telah ditetapkan Allah bagi kami. Dialah pelindung kami, dan hanya kepada Allah hendaknya orang-orang mukmin bertawakal.” (QS. At-Taubah ayat 51).

Semua yang terjadi sudah termaktub di Lauhul Mahfuzh baik perkara agama maupun dunia. Maka  sebagai hamba-Nya kita wajib ridha terhadap takdirNya. Tugas kita hanya melaksanakan ikhtiar terbaik. Hanya kepada Allah-lah kita bertawakkal, Allah akan mendatangkan maslahat dan menolak mudarat dengan bersandar kepadaNya. Adapun orang yang bertawakal kepada selainNya, maka dia akan terlantar dan tidak berhasil meraih apa yang diangan-angankannya.

2. Selalu bersyukur dan bersabar atas situasi dan kondisi saat ini.

Jika seseorang beriman kepada takdir Allah, maka jiwanya akan tenang dan hatinya akan lapang dengan apa pun yang terjadi pada dirinya, termasuk hal-hal yang tidak disukainya. Sebab, dia meyakini bahwa musibah-musibah yang dia terima telah Allah tetapkan atas dirinya. Untuk melalui ketetapan ini tentu harus diiringi dengan sabar dan penuh syukur.

Rasulullah shalallaahu ‘alaihi wassalam bersabda,

عَجَبًا لِّأَمْرِ الْمُؤْمِنِ، إِنَّ أَمْرَهُ كُلَّهُ خَيْرٌ، وَلَيْسَ ذَاكَ لِأَحَدٍ إِلاَّ لِلْمُؤْمِنِ، إِنْ أَصَابَتْهُ سَرَّاءُ شَكَرَ، فَكَانَ خَيْرًا لَهُ؛ وَإِنْ أَصَابَتْهُ ضَرَّاءُ صَبَرَ، فَكَانَ خَيْرًا لَهُ

Artinya: “Sungguh menakjubkan urusan orang beriman. Seluruh urusannya merupakan kebaikan, dan ini tidak dimiliki kecuali oleh orang beriman. Jika mendapatkan kenikmatan, dia bersyukur, dan itu baik baginya; jika tertimpa musibah, dia bersabar, dan itu baik baginya.” (HR. Muslim no. 7692)

3. Husnuzzhan bahwa Allah sedang memberikan kesempatan lebih untuk kita bermanja dan mengadu pada-Nya.

Prasangka bukanlah hal yang sepele, jika kita berbaik sangka maka akan baik pula kenyataan yang akan kita hadapi. Namun jika berburuk sangka, maka buruk pula realita yang akan kita jumpai. Karena Allah subhaanahu wa ta'aala mengikuti prasangka hambaNya.

أَنَا عِنْدَ ظَنِّ عَبْدِيْ بِيْ فَإِنْ ظَنَّ بِيْ خَيْرًا فَلَهُ الخَيْرُ فَلَا تَظُنُّوْا بِاللهِ إِلَّا خَيْرًا

Artinya: Aku menuruti prasangka hambaKu, jika ia berprasangka baik padaKu, maka baginya kebaikan. Maka, jangan berprasangka terhadap Allah kecuali kebaikan.

4. Memperbanyak zikir dan sholawat di penghujung Bulan Sya'ban ini.


Bulan Sya'ban tinggal hitungan hari, masih tersedia kesempatan bagi kita untuk melatih diri, memperbanyak ibadah sunnah seperti berzikir, bershalawat kapan dan dimanapun berada asal tidak di tempat yang dilarang. Ssstt, dalil shalawat turun pada Bulan Sya'ban, loh.

يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اذْكُرُوا اللَّهَ ذِكْرًا كَثِيرًا

Artinya: "Wahai orang-orang yang beriman! Ingatlah kepada Allah, dengan menyebut namaNya sebanyak-banyaknya." (QS. Al-Ahzab: 41)

5. Sentiasa berdo'a agar Allah izinkan kita mampu melewati Bulan Suci Ramadhan dengan kemenangan.

Allah berfirman:

وَقَالَ رَبُّكُمُ ادْعُونِي أَسْتَجِبْ لَكُمْ إِنَّ الَّذِينَ يَسْتَكْبِرُونَ عَنْ عِبَادَتِي سَيَدْخُلُونَ جَهَنَّمَ دَاخِرِينَ

Artinya: “Dan Rabb-mu berfirman: ‘Berdo’alah kepada-Ku, niscaya akan Aku perkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembahKu akan masuk Neraka Jahannam dalam keadaan hina.” (QS. Al-Mu’min : 60)

Do'a adalah salah satu sarana seorang hamba berkomunikasi dengan Tuhannya. Do'a tidak hanya sebagai wadah menyampaikan harapan dan memohon ampunan tapi memanjatkannya juga dinilai ibadah disisi Allah. Jadi, jangan pernah berhenti berdoa ya!

6. Tidak mengeluhkan wabah yang sedang terjadi.

وَعَسَىٰٓ أَن تَكْرَهُوا۟ شَيْـًٔا وَهُوَ خَيْرٌ لَّكُمْ ۖ وَعَسَىٰٓ أَن تُحِبُّوا۟ شَيْـًٔا وَهُوَ شَرٌّ لَّكُمْ ۗ وَٱللَّهُ يَعْلَمُ وَأَنتُمْ لَا تَعْلَمُونَ

Artinya:  "Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui." (QS. Al-Baqarah : 216)

Tidak sedikit dari kita yang mengeluh, kesal, sedih karena kegiatan kita selama pandemi ini sangat terbatas. Kantor, sekolah, pasar bahkan transportasi hari demi hari terancam lumpuh. Tapi, akankah keadaan menjadi lebih baik bila kita mengeluh? Sejenak mungkin kita merasa lega setelah mengeluh tetapi percayalah rasa ini tidak akan bertahan lama. Sebab, pun keluhan kita tidak dapat menggantikan vaksin yang dapat melenyapkan covid-19. 

7. Melihat sisi positif dan kebaikan Ramadhan pada masa ini.

Meski dihantui virus, kemuliaan Bulan Ramadhan pada masa pandemi ini tidak berkurang. Ia tetaplah bulan mulia, penuh ampunan dosa, amalan dilipat ganda, bulan dibukanya pintu Syurga ditutupnya Neraka, bulan penuh syafa'at dan lainnya. Kebaikan pada Bulan Ramadhan kali ini tetaplah sama dengan tahun-tahun sebelumnya. Maka, jadikan situasi ini sebagai sarana memupuk kedekatan antar anggota keluarga, ladang amal bagi para orangtua menghidupkan Ramadhan meski dari dalam rumah namun InsyaAllah tetap dapat meraih jannah. Hidupkan Ramadhan dari dalam rumah hingga keberkahannya tidak berlalu begitu saja dihadapan kita.

وَأَحْسِنُوا إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُحْسِنِينَ

Artinya: “...dan berbuat baiklah. Sungguh, Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik”. (QS Al-Baqarah : 195).

Dalam salah satu khutbah menjelang Ramadhan, Rasulullah mengungkapkan, “Telah datang kepada kalian bulan Ramadhan, bulan yang diberkahi. Allah telah mewajibkan di dalamnya puasa. Pada bulan itu Allah membuka pintu langit, menutup pintu neraka, dan membelenggu setan-setan. Di dalamnya Allah memiliki satu malam yang lebih baik dari seribu bulan. Barang siapa yang diharamkan kebaikan malam itu maka ia sungguh telah diharamkan (dari kebaiakan).” (HR. Ahmad, Nasa’i dan Baihaki).

8. Meyakini bahwa setiap ketetapan Allah sarat akan hikmah, sehingga kita bisa mengambil pelajaran darinya.

Saat ini mungkin tidak semua kita mengetahui atau merasakan apa hikmah dibalik situasi pandemi ini. Sebab, pendengaran dan suasana di sekitar kita tidak pernah puasa menyuarakan pandemi ini. Tapi bila kita berkaca kembali mematut diri, barangkali ini merupakan jalan baru yang Allah buka untuk kita mendekatkan diri pada Allah, alarm untuk bertaubat, sarana menambah pengetahuan agama maupun umum, meraih rezeki dengan cara berbeda, dan mengasah peka terhadap sesama umat manusia, juga melatih kreatifitas dalam berkarya. Jalan itu tentu tidak akan dapat dilihat secara kasat mata. Yuk, lapangkan hati dan improve diri!

9. Patuh kepada fatwa ulama dan aturan pemerintah, karena salah satu pilar syari'at adalah hifzunnafsi (menjaga diri). Tidaklah peraturan dan keputusan ini dibuat melainkan untuk kebaikan kita.

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوٓا۟ أَطِيعُوا۟ ٱللَّهَ وَأَطِيعُوا۟ ٱلرَّسُولَ وَأُو۟لِى ٱلْأَمْرِ مِنكُمْ ۖ فَإِن تَنَٰزَعْتُمْ فِى شَىْءٍ فَرُدُّوهُ إِلَى ٱللَّهِ وَٱلرَّسُولِ إِن كُنتُمْ تُؤْمِنُونَ بِٱللَّهِ وَٱلْيَوْمِ ٱلْأاخِرِ ۚ ذَٰلِكَ خَيْرٌ وَأَحْسَنُ تَأْوِيلًا 

Artinya: "Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul-Nya, dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al-Quran) dan Rasul (sunnah), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari akhir. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya." (QS. An-Nisa' : 59)

Fatwa majelis ulama dan aturan pemerintah tidak diputuskan tanpa pertimbangan. Semua itu semata-semata dilakukan sebagai usaha untuk menjaga keselamatan diri, keluarga dan saudara-saudara kita, juga sebagai bentuk kepatuhan kita kepada Umara dan Ulama sebagaimana firman Allah Ta'ala di atas.

10. Buat target ibadah Ramadhan bersama keluarga, teman atau sahabat.


Keberkahan bulan Ramadhan tidak hanya milik seorang insan saja, tetapi  kenikmatannya akan lebih indah jika ditegakkan bersama anggota keluarga. Hal ini dapat dicapai jika seluruh anggota keluarga bekerja sama dan saling berlomba dalam menunaikan ibadah dan amalan Ramadhan, seperti shalat malam (taraweh, witir), tilawah, zikir, shalat dhuha dan sebagainya.

Allah subhaanahu wa ta'aala berfirman:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا قُوا أَنْفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا وَقُودُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ عَلَيْهَا مَلائِكَةٌ غِلاظٌ شِدَادٌ لا يَعْصُونَ اللَّهَ مَا أَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُونَ مَا يُؤْمَرُونَ

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu, penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, yang tidak mendurhakai Allah atas apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang Allah perintahkan.” (QS. At-Tahrim : 6)

Pada ayat ini Allah subhaanahu wa ta'aala menyeru orang beriman untuk memelihara keluarganya agar terhindar dari api neraka. Sayyidina Ali radhiyallaahu 'anhu juga berkata, “Ajari dirimu dan keluargamu kebaikan, didiklah mereka untuk itu.” Secara umum kepala keluarga bertanggung jawab melindungi anggota keluarganya dari siksaan api neraka dengan mengajarkan kepada anggota keluarganya ilmu agama dan akhlak yang mulia.

Umar bin Khattab juga rutin bangun malam, untuk melaksanakan shalat tahajjud dan membangunkan keluarganya untuk shalat, “Shalat…shalat...” Kemudian membaca ayat,

وَأْمُرْ أَهْلَكَ بِٱلصَّلَوٰةِ وَٱصْطَبِرْ عَلَيْهَا ۖ لَا نَسْـَٔلُكَ رِزْقًا ۖ نَّحْنُ نَرْزُقُكَ ۗ وَٱلْعَٰقِبَةُ لِلتَّقْوَىٰ

Artinya: "Dan perintahkanlah kepada keluargamu mendirikan shalat dan bersabarlah kamu dalam mengerjakannya. Kami tidak meminta rezeki kepadamu, Kamilah yang memberi rezeki kepadamu. Dan akibat (yang baik) itu adalah bagi orang yang bertakwa." ( QS. Thaha : 132)

Pada kitab Hilyatul Auliya' (2/384) disebutkan, Malik bin Dinar melihat seorang laki-laki yang shalatnya tidak benar. Ia berkata, “Aku Kasihan kepada keluarganya.” Seorang bertanya padanya, “Abu Yahya, orang ini shalatnya tidak benar, tetapi mengapa engkau justru kasihan kepada keluarganya?” ia menjawab, “Ia adalah orang yang paling tua di antara mereka, dan darinyalah keluarganya belajar."

Wallaahua'lam

Semoga tips ini bermanfaat dan dapat membakar semangat teman-teman menjalankan Ibadah Ramadhan tahun ini, yaa... Aamiin

_ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _
ditulis oleh: Admin Zawiyah Fiqih Official