2023
Doa yang Bisa dibaca Sesudah Tasyahud Akhir Sebelum Salam.

Pertama:

Diriwayatkan dari Abu Hurairah RA, bahwasanya Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam bersabda: Apa bila salah seorang diantara kamu bertasyahud hendaklah dia meminta perlindungan dari Allah Ta'ala dari empat hal, dengan mengatakan:

اللَّهُــمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ، وَمِنْ عَذَابِ جَهَنَّمَ، وَمِنْ فِتْنَةِ الْمَحْيَا وَالْمَمَاتِ، وَمِنْ شَرِّ فِتْنَةِ الْمَسِيحِ الدَّجَّالِ

Artinya: “Ya Allah, Sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari siksa kubur, siksa neraka Jahanam, fitnah kehidupan dan setelah mati, serta dari kejahatan fitnah Almasih Dajjal.”(HR. Bukhari: 1/463 Hadits no.1311* dan Muslim: 1/412 Hadits no.588**. Lafadz hadits ini dalam riwayat Muslim). 

Kedua:            

Diriwayatkan dari Sayidah Aisyah RA, bahwasanya Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam sering berdo'a dalam sholat dengan doa berikut:

اللَّهُمَّ إِنِّي أَعوذُ بِكَ مِنَ الْمَأْثَمِ وَالْمَغْرَمِ

Artinya: "Ya Allah, Sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari perbuatan dosa dan hutang”.

Kemudian ada salah seorang sahabat berkata kepada Rasulullah: Alangkah seringnya Engkau memohon perlindungan kepada Allah Ta'ala dari hutang wahai Rasulullah, maka Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam menjawab: Seseorang itu kalau jatuh kedalam hutang (dan tidak mampu untuk membayarnya) jika berkata dia akan bohong, dan jika berjanji akan ingkar janji (kepada orang yang menagih hutang kepadanya) , (HR. Bukhari: 1/286 Hadits no.798 dan dan Muslim: 1/412 Hadits no.589).


Ketiga:

Diriwayatkan dari Abu Bakar RA, bahwa dia berkata kepada Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam: ajarkan aku doa yang bisa aku baca didalam sholatku wahai Rasulullah, Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam bersabda: Ucapkanlah:

اللَّهُمَّ إِنِّي ظَلَمْتُ نَفْسِي ظُلْماً كَثِيراً، وَلاَ يَغْفِرُ الذُّنوبَ إِلاَّ أَنْتَ، فَاغْفِرْ لِي مَغْفِرَةً مِنْ عِنْدِكَ وَارْحَمْنِي، إِنَّكَ أَنْتَ الغَفورُ الرَّحيمُ

Artinya: “Ya Allah! Sesungguhnya aku banyak menganiaya diriku, dan tidak ada yang mengampuni dosa-dosa kecuali Engkau. Oleh karena itu, ampunilah dosa-dosaku dan berilah rahmat kepadaku. Sesungguhnya Engkau Maha Pengampun dan Maha Penyayang.” (HR. Bukhari: 1/287 Hadits no.799 dan Muslim: 4/2078 Hadits no.2705). 

Keempat:

Diriwayatkan dari Ali bin Abi Tholib RA, dia berkata: termasuk dari doa-doa yang terakhir dibaca oleh Rasullullah Shallallahu alaihi wasallam antara tasyahud dan salam adalah doa berikut:

اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِي مَا قَدَّمْتُ، وَمَا أَخَّرْتُ، وَمَا أَسْرَرْتُ، وَمَا أَعْلَنْتُ، وَمَا أَسْرَفْتُ، وَمَا أَنْتَ أَعْلَمُ بِهِ مِنِّي. أَنْتَ الْمُقَدِّمُ، وَأَنْتَ الْمُؤَخِّرُ لاَ إِلَهَ إِلاَّ أَنْتَ

Artinya: "Ya Allah! Ampunilah aku akan (dosaku) yang aku lewatkan dan yang aku akhirkan, apa yang aku rahasiakan dan yang kutampakkan, yang aku lakukan secara berlebihan, serta apa yang Engkau lebih mengetahui dari pada diriku, Engkau yang mendahulukan dan mengakhirkan, tidak ada Tuhan yang berhak disembah kecuali Engkau”. (HR. Muslim: 1/534 Hadits no.771). 

Kelima:

اللَّهُمَّ أَعِنِّي عَلَى ذِكْرِكَ، وَشُكْرِكَ، وَحُسْنِ عِبادَتِكَ

Artinya: “Ya Allah! Bimbinglah daku untuk menyebut nama-Mu, mensyukuri-Mu dan ibadah yang baik kepada-Mu.” (HR. Abu Dawud: 2/630 Hadits no.1522***). 

Keenam:           

اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنَ الْبُخْلِ، وَأَعوذُ بِكَ مِنَ الْجُبْنِ، وَأَعُوذُ بِكَ مِنْ أَنْ أُرَدَّ إِلَى أَرْذَلِ الْعُمُرِ، وَأَعُوذُ بِكَ مِنْ فِتْنَةِ الدُّنْيَا وَعَذَابِ الْقَبْرِ

Artinya: “Ya Allah! Sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari bakhil, aku berlindung kepada-Mu dari penakut, aku berlindung kepada-Mu dari dikembalikan ke usia yang terhina, dan aku berlindung kepada-Mu dari fitnah dunia dan siksa kubur.” (HR. Bukhari 5/2342 Hadits no.6009).   

Ketujuh:          

اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ الْجَنَّةَ وَأَعُوذُ بِكَ مِنَ النَّارِ

Artinya: “Ya Allah! Sesungguhnya aku mohon kepada-Mu, agar dimasukkan ke Surga dan aku berlindung kepada-Mu dari Neraka.” (HR. Abu Dawud 2/292 Hadits no.792).   

Kedelapan:        

Diriwayatkan dari Mihjan bin Al-Adra' bahwasanya Rasulullah shallallahu alaihi wasallam masuk kedalam mesjid, dan mendapati seorang sahabat yang hampir selesai melaksanakan sholat dan dalam keadaan duduk tasyahud, dan membaca doa:

اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ يَا اللَّهُ بِأَنَّكَ الْوَاحِدُ الْأَحَدُ الصَّمَدُ الَّذِي لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يولَدْ، وَلَمْ يَكنْ لَهُ كُفُواً أَحَدٌ، أَنْ تَغْفِرَ لِي ذُنُوبِي إِنَّكَ أَنْتَ الْغَفُورُ الرَّحِّيمُ

Artinya: “Ya Allah! Sesungguhnya aku mohon kepada-Mu, ya Allah! Dengan bersaksi bahwa Engkau adalah Tuhan Yang Maha Esa, Maha Tunggal tidak membutuhkan sesuatu, tapi segala sesuatu butuh kepada-Mu, tidak beranak dan tidak diperanakkan, tidak ada seorang pun yang menyamai-Mu, aku mohon kepada-Mu agar mengampuni dosa-dosaku. Sesungguhnya Engkau Maha Pengampun dan Maha Penyayang.”
Mihjan bin Al-Adra berkata: Maka Rasulullah shallallahu alaihi wasallam berkata sebanyak tiga kali: "Sungguh telah diampuni dosa-dosanya".  (HR. An-Nasai 3/52 Hadits no.1301, dan Ahmad: 31/310 Hadits no.18974).  


_________________________________

Shohih Al-Bukhory, Tahqiq: Dr. Musthofa Diibul Bugho, Cet. Dar Ibnu Katsir - Dar Yamamah, Dimasyq. Cet: Kelima, 1414H-1993M.
** Shohih Muslim, Tahqiq: Muhammad Fuad Abdul Baaqy, Cet. Dar Ihya at-Turats al-Araby, Beirut, 1955M. 
*** Sunan Abi Daud, Tahqiq: Syuaib Al-Arnauth, Cet, Dar Ar-Risalah Al-Alamiyah, 1430H-2009M.

Sujud Syukur adalah sujud yang dilakukan ketika mendapatkan nikmat yang tidak disangka-sangka atau ketika selamat dari bencana dan bahaya sebagai bentuk syukur kepada Allah Ta'ala.

Dalil Sujud Syukur adalah:

Berikut ini adalah dalil disyariatkannya sujud syukur:

عَنْ أَبِى بَكْرَةَ عَنِ النَّبِىِّ -صلى الله عليه وسلم- أَنَّهُ كَانَ إِذَا جَاءَهُ أَمْرُ سُرُورٍ أَوْ بُشِّرَ بِهِ خَرَّ سَاجِدًا شَاكِرًا لِلَّهِ.

Artinya: "Dari Abu Bakroh, dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, yaitu ketika beliau mendapati hal yang menggembirakan atau dikabarkan berita gembira, beliau tersungkur untuk sujud pada Allah Ta’ala". (HR. Abu Daud no. 2774 dan At-Tirmidzy no. 1578).

عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ عَوْفٍ، أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم قَالَ: " إِنِّي لَقِيتُ جِبْرِيلَ عليه السلام فَبَشَّرَنِي وَقَالَ: إِنَّ رَبَّكَ، يَقُولُ: ‌مَنْ ‌صَلَّى ‌عَلَيْكَ ‌صَلَّيْتُ ‌عَلَيْهِ، وَمَنْ سَلَّمَ عَلَيْكَ سَلَّمْتُ عَلَيْهِ، فَسَجَدْتُ لِلَّهِ شُكْرًا". هَذَا حَدِيثٌ صَحِيحُ الْإِسْنَادِ، وَلَمْ يُخَرِّجَاهُ.

Artinya: " Dari Abdurrahman bin Auf Radhiyallahu 'anhu bahwasanya Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam bersabda: "Saya bertemu dengan Jibril Alaihi salam dan dia memberiku kabar gembira dan berkata: sesungguhnya Tuhanmu telah berkata: siapa yang bershalawat kepadamu Allah akan bershalawat kepadanya, dan siapa yang memberikan salam kepadamu Aku akan memberikan salam kempada nya, maka saya bersujud sebagai bentuk syukur kepada Allah Ta'ala". (Hakim no.2019 dan Ahmad no. 1664). Hakim berkata: Hadits ini sanad nya shohih, dan tidak dikeluarkan oleh Al-Bukhori dan Muslim dalam As-Shohiihain.


Hukum Sujud Syukur:

Sujud syukur disunnahkan ketika mendapatkan nikmat yang tidak disangka-sangka atau ketika selamat dan terhindar dari bahaya. Ini menurut pendapat Mazhab Syafi'i dan Hambali. Sementara menurut Mazhab Maliki Sujud Syukur hukumnya Makruh, dan ini merupakan sebuah riwayat dalam mazhab hanfi.

Contohnya adalah ketika seseorang baru dikarunia anak oleh Allah setelah dalam waktu yang lama menanti, maka dia bersujud sebagai bentuk syukurnya kepada Allah Ta'ala. Begitu juga ketika seseorang selamat dari musibah, sembuh dari sakit, menemukan barang yang hilang, atau diri dan hartanya selamat dari kebakaran atau dari tenggelam, maka disunnahkan baginya untuk melakukan sujud syukur. Sujud syukur bisa juga dilkukan karena seseorang melihat orang yang tertimpa musibah atau melihat ahli maksiat, ia bersyukur karena selamat dari hal-hal tersebut.

Bagaimana Jika Mendapatkan Nikmat yang Sifatnya Terus Menerus apakah disunnahkan juga sujud syukur?

Ulama Mazhab Syafi’i dan Ulama Mazhab Hambali berpendapat: “Tidak disunnahkan untuk sujud syukur karena mendapatkan nikmat yang sifatnya terus menerus yang tidak pernah terputus”. contohnya: nikmat bernafas, maka tidak disunnahkan sujud syukur atas nikmat bernafas, karena nikmah bernafas sifatnya terus menerus, selagi masih hidup, tentu masih bisa bernafas. akan tetapi sebagai seorang hamba tentu kita harus besyukur atas segala nikmat yang diberikan oleh Allah Ta'ala kepada kita.


Syarat Sujud Syukur:

Ulama Mazhab Syafii dan Hanbali menyatakan bahwa disyaratkan untuk sujud syukur itu seperti apa-apa yang disyaratkan untuk Sholat, berupa harus dalam keadaan suci, menghadap kiblat, menutup aurat, dan jauh dari najis.

Berdasarkan pendapat ini, maka sujud syukur ketika haid tidak boleh dilaksanakan, begitu juga sujud syukur tampa wudhu. karena keadaan bersuci merupakan syarat sujud syukur.

Sementara ada sebagaian ulama berpendapat: bahwa Sujud Syukur tidak disyaratkan menghadap kiblat, juga tidak disyaratkan dalam keadaan suci, karena sujud syukur bukanlah shalat. Namun hal-hal tadi hanyalah disunnahkan saja dan bukan syarat. Demikian pendapat yang dianut oleh Ibnu Taimiyah rahimahullah yang menyelisihi pendapat Ulama Madzhab Hambali.

Berdasarkan pendapat yang satu ini, maka tidak mengapa melakukan sujud syukur dalam keadaan tidak berwudhu, begitu juga sujud syukur dalam keadaan haid.

Niat Sujud Syukur:

نَوَيْتُ سَجْدَةَ (سُجُوْدَ) الشُّكْرِ لِلّهِ تَعَالَى

"Nawaitu sajdatas (sujudas) syukri Lillahi Ta'aalla."

Artinya: "Saya niat sujud syukur karena Allah Ta'aalla"

Tata Cara Sujud Syukur:

Tata caranya adalah sama seperti sujud tilawah yang dilakukan diluar sholat. Yaitu dengan sekali sujud. Ketika akan sujud hendaklah dalam keadaan suci, menghadap kiblat, lalu bertakbir, kemudian melakukan sekali sujud. Bacaan sujud syukur adalah adalah seperti bacaan ketika sujud dalam shalat, seperti berikut:

سُبْحَانَ رَبِّيَ الأَعْلَى

Artinya: “Maha Suci Tuhanku, Yang Maha Tinggi. (dari segala kekurangan dan hal yang tidak layak)". Dibaca tiga kali.

سُبوحٌ، قُدُّوسٌ، رَبُّ الْمَلَائِكَةِ وَالرُّوحِ

Artinya: “Engkau Tuhan Yang Maha Suci, Maha Agung, Tuhan para malaikat dan Jibril”.

سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ رَبَّنَا وَبِحَمْدِكَ، اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِي

Artinya: “Maha Suci Engkau. Ya Allah, Tuhan kami, aku memuji-Mu. Ya Allah, ampunilah dosaku”.

اللَّهُمَّ لكَ سَجَدْتُ، وَبِكَ آمَنْتُ، وَلَكَ أَسْلَمْتُ، سَجَدَ وَجْهِي لِلَّذِي خَلَقَهُ، وَصَوَّرَهُ، وَشَقَّ سَمْعَهُ وَبَصَرَهُ، تَبَارَكَ اللَّهُ أَحْسَنُ الخَالِقِينَ

Artinya: "Ya Allah, untuk-Mulah aku bersujud, kepada-Mulah aku beriman, kepada-Mu aku menyerahkan diri, wajahku bersujud kepada Tuhan Yang menciptakannya, Yang membentuk rupanya, Yang membelah (memberikan) pendengarannya, penglihatannya, Maha Suci Allah sebaik-baik Pencipta”.

Kemudian setelah itu bertakbir kembali dan mengangkat kepala. Setelah tidak ada tasyahud dan tidak ada salam.

Hanya saja pada pembahasan tasyahud dan salam pada sujud syukur ada tiga pendapat dalam mazhab Syafi'i: yang paling kuat adalah: adanya salam dan tidak ada tasyahud.

Catatan Penting: Sujud Syukur tidak boleh dilakukan di dalam Sholat. Apabila Sujud syukur dilakukan di dalam Sholat maka Sholatnya menjadi batal. Hal itu karena sebab sujud syukur bulanlah bagian dari sholat, lain hal nya dengan sujud tilawah, karena sebab sujud tilawah dalam sholat merupakan bagian dari sholat, yaitunya membaca ayat tilawah.

Semoga bermanfaat. Wallahu A'lam bis-Showaab.

Astaghfirullaha wa Atuubu Ilaih أَسْتَغْفِرُ اللهَ وَأَتُوْبُ إِلَيْهِ 

Teman-teman zawiyah fiqih dimanapun berada semoga selalu berada dalam naungan lindungan Allah Ta'ala, Allahumma Aamiin. 

Setiap manusia tidak pernah luput dari yang namanya salah, khilaf dan dosa. Dan yang paling baik dari orang yang melakukan kesalahan adalah yang sering bertaubat kepada Allah Ta'ala. Sebagaimana yang diriwayatkan oleh Anas bin Malik radhiyallahu 'anhu, dari Rosulullah shallallahu alaihi wasallam:

عن أنس بن مالك رضي الله عنه قال: قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : «كُلُّ بَنِيْ آدَمَ خَطَّاءٌ، وَخَيْرُ الخَطَّائِينَ التَوَّابُوْنَ».

Artinya: "Dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu berkata: Rosulullah shollallahu alaihi  wasallam bersabda: Setiap Anak keturun Adam sering melakukan kesalahan, dan yang paling baik dari yang sering melakukan kesalahan itu adalah yang sering bertaubat". (HR. At-Tirmidzy, Ibnu Majah, Ad-Darimy, dan Ahmad).

Mulai dari bangun tidur hari ini sampai sekarang, sudah berapa kalikah kita mengucapkan kalimat taubat: Astaghfirullaha wa Atuubu Ilaih ?.


Teman-teman Zawiyah Fiqih Rahimakummullah:

Rasulullah shollallahu alaihi wasallam adalah pribadi yang ma'shuum (terpelihara dari kesalahan), walau demikian hal tersebut tidak lantas membuat Rasulullah shallallahu alaihi wasallam melupakan istighfar dan taubat, malah sebaliknya hal itu justru membuat Rasulullah shallallahu alaihi wasallam lebih sering untuk beristighfar dan bertaubat kepada Allah Ta'ala. 

Diriwayatkan dari Abu Hurairoh radhiyallahu 'anhu bahwa Nabi kita Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, pemimpin anak manusia, menggucapkan Astaghfirullaha wa Atuubu Ilaih lebih dari 70 kali dalam sehari.

عن أَبُي هُرَيْرَةَ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ - صلى الله عليه وسلم - يَقُولُ « وَاللَّهِ إِنِّى لأَسْتَغْفِرُ اللَّهَ وَأَتُوبُ إِلَيْهِ فِى الْيَوْمِ أَكْثَرَ مِنْ سَبْعِينَ مَرَّةً »

Artinya: “Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu berkata: “Aku telah mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Demi Allah, sesungguhnya aku benar-benar beristighfar kepada Allah dan bertobat kepada-Nya, lebih banyak dari 70 kali dalam sehari”. (HR. Bukhari).

Lalu bagaimanakah dengan kita, umat Rasulullah shallallahu alaihi wasallam, yang tidak memiliki sifat ma'shuum (terpelihara dari kesalahan), sering melakukan kesalahan dan kekhilafan, ibadah belum sempurna, amal sholeh masih kurang,  belum ada jaminan masuk surga, bukankah kita harus lebih banyak bersitighfar dan bertaubat daripada beliau ?.

Astaghfirullaha wa Atubu Ilaih, sampai detik ini, berapa kali kita merasakan kegalauan dan  keresahan? lalu berapa kali juga kita sudah mengucapkan kalimat istighfar dan taubat ini?

Dalam sebuah hadits diriwayatkan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam jika merasa sesuatu menutupi hatinya, atau merasa hatinya terhalang (dari melaksanakan zikir yang sudah rutin dilakukan), beliau beristighfar sebanyak 100 kali dalam sehari.


عَنِ الأَغَرِّ الْمُزَنِىِّ - وَكَانَتْ لَهُ صُحْبَةٌ - أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- قَالَ « إِنَّهُ لَيُغَانُ عَلَى قَلْبِى وَإِنِّى لَأَسْتَغْفِرُ اللَّهَ فِى الْيَوْمِ مِائَةَ مَرَّةٍ ».

Artinya: “Dari Al-Agharr Al-Muzani radhiyallahu ‘anhu, sahabat nabi, berliau meriwayatkan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Sesungguhnya hatiku benar-benar terhalang (tertutupi) dan sungguh aku benar-benar beristighfar kepada Allah dalam sehari sebanyak 100 kali”.  (HR. Muslim).

Rasulullah shallallahu alaihi wasallam yang hatinya selalu terjaga, terpelihara dan mendapat petunjuk, jika merasa ada sesuatu yang menghalangi dan menutupi hatinya, beliau selalu beristighfar dalam sehari sebanyak 100 kali, Lalu bagaimanakah dengan kita, yang hatinya tidak selalu terjaga dan tidak selalu mendapat petunjuk, bukankah kita harus lebih banyak beristighfar?

Astaghfirullaha wa Atubu Ilaih, sampai sekarang sudah berapa kali Anda mengucapkannya?

Dalam sebuah hadits diriwayatkan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam yang sudah dijamin ampunan oleh Allah Ta'ala, beliau beristighfar memohon ampunan dan bertaubat dalam satu majelis sebanyak 100 kali.

عَنِ ابْنِ عُمَرَ قَالَ إِنْ كُنَّا لَنَعُدُّ لِرَسُولِ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- فِى الْمَجْلِسِ الْوَاحِدِ مِائَةَ مَرَّةٍ « رَبِّ اغْفِرْ لِى وَتُبْ عَلَىَّ إِنَّكَ أَنْتَ التَّوَّابُ الرَّحِيمُ ».


Artinya: “Abdullah bin Umar radhiyallahu ‘anhuma berkata: “Sungguh kami pernah benar-benar menghitung untuk Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam di dalam satu majelis sebanyak 100 kali, beliau mengucapkan: Rabbighfir lii wa tub ‘alayya, innaka antattawwaburrahim. (Ya Tuhanku ampunilah dosa-dosa ku, dan terimalah taubatku, sesungguhnya Engkau maha penerima taubat dan maha penyayang)”. (HR. Abu Daud).

Oleh karena itu sebagai umat beliau hendaklah kita harus lebih banyak lagi bertighfar, karena kita sama sekali tidak ada jaminan ampunan dosa, yang ada dosanya selalu bertambah.

Coba teman-teman perhatikan penjelasan yang sangat bermanfaat dari Syeik Ibnu Taimiyah dalam kitabnya Majmu' Fatawa berikut ini:


وَقَالَ شَيْخُ الْإِسْلَامِ تَقِيُّ الدِّينِ أَحْمَد ابْنُ تَيْمِيَّة - رَحِمَهُ اللَّهُ تَعَالَى - :
فَالْعَبْدُ دَائِمًا بَيْنَ نِعْمَةٍ مِنْ اللَّهِ يَحْتَاجُ فِيهَا إلَى شُكْرٍ وَذَنْبٍ مِنْهُ يَحْتَاجُ فِيهِ إلَى الِاسْتِغْفَارِ وَكُلٌّ مِنْ هَذَيْنِ مِنْ الْأُمُورِ اللَّازِمَةِ لِلْعَبْدِ دَائِمًا فَإِنَّهُ لَا يَزَالُ يَتَقَلَّبُ فِي نِعَمِ اللَّهِ وَآلَائِهِ وَلَا يَزَالُ مُحْتَاجًا إلَى التَّوْبَةِ وَالِاسْتِغْفَارِ . وَلِهَذَا كَانَ سَيِّدُ وَلَدِ آدَمَ وَإِمَامُ الْمُتَّقِينَ مُحَمَّدٌ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَسْتَغْفِرُ فِي جَمِيعِ الْأَحْوَالِ.


Artinya: Syeikhul Islam Ibnu Taimiyah berkata: "Seorang hamba selalu berada di antara nikmat dari Allah yang perlu dia syukuri dan dosa darinya yang dia perlu  untuk meminta pengampunan. Dan dua hal ini adalah hal-hal yang selalu menyertai seorang hamba, karena dia selalu berpindah-pindah (berada) dalam nikmat dan karunia Allah, dan dia senantiasa memerlukan taubat dan pengampunan. Oleh karena itu, pemimpin umat manusia dan imam orang-orang bertakwa, Nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam, selalu meminta pengampunan (beristighfar) dalam segala keadaan." (Majmu' Fatawa, 10/88).

Semoga kita semua diberi kemudahan oleh Allah Ta'ala untuk menjadi pribadi yang selalu berusaha untuk meningkatkan kualitas iman, ibadah dan muamalah kita, dan juga semoga Allah Ta'ala menjauhkan kita dari segala bentuk kesalahan dan kekhilafan. dan semoga Allah Ta'ala memudahkan kita untuk menjadi bagian dari orang-orang yang selalu bertaubat dan memohon ampunan dari Allah Ta'ala. Aamiin ya Allah, Aamiin ya Rahmam, Amiin ya Rahiim, Aamiin ya Mujiibas saailiin, Aamiin Allahumma Aamiin.

Wallahu a’lam bisshawaab.