Populer

Apa Itu Malam Qadar?

Malam Qadar (Lailatul Qadar) adalah malam yang sangat istimewa dalam Islam, yang disebutkan dalam Al-Qur'an sebagai malam yang lebih baik dari seribu bulan. Malam ini terjadi pada salah satu malam di sepuluh hari terakhir bulan Ramadan, terutama pada malam-malam ganjil (21, 23, 25, 27, atau 29 Ramadan). Pada malam ini, Al-Qur'an pertama kali diturunkan kepada Nabi Muhammad ﷺ melalui Malaikat Jibril.

Allah SWT berfirman dalam Surah Al-Qadr:
"Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al-Qur'an) pada malam qadar. Dan tahukah kamu apakah malam qadar itu? Malam qadar itu lebih baik dari seribu bulan. Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan malaikat Jibril dengan izin Tuhannya untuk mengatur segala urusan. Malam itu penuh kesejahteraan sampai terbit fajar." (QS. Al-Qadr: 1-5)

Malam Qadar adalah waktu yang penuh berkah, di mana doa-doa dikabulkan, dosa-dosa diampuni, dan amal ibadah dilipatgandakan pahalanya. Oleh karena itu, umat Islam dianjurkan untuk memperbanyak ibadah, seperti shalat, membaca Al-Qur'an, berdzikir, dan berdoa pada malam ini.

Doa yang Dibaca pada Malam Qadar

Salah satu doa yang dianjurkan untuk dibaca pada Malam Qadar adalah doa yang diajarkan oleh Nabi Muhammad ﷺ kepada Sayyidah Aisyah RA. Doa ini singkat namun penuh makna, memohon ampunan dan rahmat dari Allah SWT.

Doa Malam Qadar

"اللَّهُمَّ إِنَّكَ عَفُوٌّ تُحِبُّ الْعَفْوَ فَاعْفُ عَنِّي"
Latin: "Allahumma innaka 'afuwwun tuhibbul 'afwa fa'fu 'anni."
Artinya: "Ya Allah, sesungguhnya Engkau Maha Pemaaf, Engkau mencintai sifat pemaaf, maka maafkanlah aku." (HR. Tirmidzi dan Ibnu Majah)

Doa ini sangat dianjurkan karena mengandung permohonan ampunan, yang merupakan salah satu tujuan utama ibadah di bulan Ramadan. Selain itu, doa ini juga mencerminkan kerendahan hati dan pengakuan akan kesalahan serta kebutuhan akan rahmat Allah SWT.

Keutamaan Malam Qadar

  1. Lebih Baik dari Seribu Bulan
    Ibadah pada Malam Qadar lebih baik daripada ibadah selama seribu bulan (sekitar 83 tahun).

  2. Pengampunan Dosa
    Barangsiapa menghidupkan Malam Qadar dengan iman dan mengharap pahala, dosa-dosanya yang lalu akan diampuni.

  3. Turunnya Malaikat dan Rahmat
    Malam ini dipenuhi dengan turunnya malaikat dan rahmat Allah SWT hingga terbit fajar.

  4. Waktu Mustajab untuk Berdoa
    Doa-doa yang dipanjatkan pada Malam Qadar memiliki peluang besar untuk dikabulkan.

Tips Menghidupkan Malam Qadar

  1. I'tikaf di Masjid
    Menghabiskan waktu di masjid untuk beribadah, terutama pada sepuluh hari terakhir Ramadan.

  2. Memperbanyak Doa
    Selain doa khusus Malam Qadar, perbanyaklah doa untuk kebaikan dunia dan akhirat.

  3. Membaca Al-Qur'an
    Tadarus Al-Qur'an atau membaca Surah-surah pilihan seperti Surah Al-Qadr.

  4. Shalat Malam
    Lakukan shalat sunnah seperti Tahajud atau Tarawih dengan khusyuk.

  5. Berbuat Kebaikan
    Sedekah, membantu orang lain, dan memperbanyak dzikir.

Penutup

Malam Qadar adalah malam yang penuh berkah dan kesempatan emas untuk meraih pahala besar serta pengampunan dosa. Dengan memperbanyak ibadah dan doa, kita bisa meraih keutamaan malam ini. Mari manfaatkan momen istimewa ini dengan sebaik-baiknya!

"Semoga kita semua diberikan kesempatan untuk meraih keberkahan Malam Qadar dan menjadi hamba yang lebih baik setelah Ramadan. Aamiin."


Referensi:

  • Al-Qur'an Surah Al-Qadr

  • Hadits Riwayat Tirmidzi dan Ibnu Majah

  • Kitab-kitab tafsir dan hadits terkait Lailatul Qadar


Doa yang Bisa dibaca Sesudah Tasyahud Akhir Sebelum Salam.

Pertama:

Diriwayatkan dari Abu Hurairah RA, bahwasanya Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam bersabda: Apa bila salah seorang diantara kamu bertasyahud hendaklah dia meminta perlindungan dari Allah Ta'ala dari empat hal, dengan mengatakan:

اللَّهُــمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ، وَمِنْ عَذَابِ جَهَنَّمَ، وَمِنْ فِتْنَةِ الْمَحْيَا وَالْمَمَاتِ، وَمِنْ شَرِّ فِتْنَةِ الْمَسِيحِ الدَّجَّالِ

Artinya: “Ya Allah, Sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari siksa kubur, siksa neraka Jahanam, fitnah kehidupan dan setelah mati, serta dari kejahatan fitnah Almasih Dajjal.”(HR. Bukhari: 1/463 Hadits no.1311* dan Muslim: 1/412 Hadits no.588**. Lafadz hadits ini dalam riwayat Muslim). 

Kedua:            

Diriwayatkan dari Sayidah Aisyah RA, bahwasanya Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam sering berdo'a dalam sholat dengan doa berikut:

اللَّهُمَّ إِنِّي أَعوذُ بِكَ مِنَ الْمَأْثَمِ وَالْمَغْرَمِ

Artinya: "Ya Allah, Sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari perbuatan dosa dan hutang”.

Kemudian ada salah seorang sahabat berkata kepada Rasulullah: Alangkah seringnya Engkau memohon perlindungan kepada Allah Ta'ala dari hutang wahai Rasulullah, maka Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam menjawab: Seseorang itu kalau jatuh kedalam hutang (dan tidak mampu untuk membayarnya) jika berkata dia akan bohong, dan jika berjanji akan ingkar janji (kepada orang yang menagih hutang kepadanya) , (HR. Bukhari: 1/286 Hadits no.798 dan dan Muslim: 1/412 Hadits no.589).


Ketiga:

Diriwayatkan dari Abu Bakar RA, bahwa dia berkata kepada Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam: ajarkan aku doa yang bisa aku baca didalam sholatku wahai Rasulullah, Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam bersabda: Ucapkanlah:

اللَّهُمَّ إِنِّي ظَلَمْتُ نَفْسِي ظُلْماً كَثِيراً، وَلاَ يَغْفِرُ الذُّنوبَ إِلاَّ أَنْتَ، فَاغْفِرْ لِي مَغْفِرَةً مِنْ عِنْدِكَ وَارْحَمْنِي، إِنَّكَ أَنْتَ الغَفورُ الرَّحيمُ

Artinya: “Ya Allah! Sesungguhnya aku banyak menganiaya diriku, dan tidak ada yang mengampuni dosa-dosa kecuali Engkau. Oleh karena itu, ampunilah dosa-dosaku dan berilah rahmat kepadaku. Sesungguhnya Engkau Maha Pengampun dan Maha Penyayang.” (HR. Bukhari: 1/287 Hadits no.799 dan Muslim: 4/2078 Hadits no.2705). 

Keempat:

Diriwayatkan dari Ali bin Abi Tholib RA, dia berkata: termasuk dari doa-doa yang terakhir dibaca oleh Rasullullah Shallallahu alaihi wasallam antara tasyahud dan salam adalah doa berikut:

اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِي مَا قَدَّمْتُ، وَمَا أَخَّرْتُ، وَمَا أَسْرَرْتُ، وَمَا أَعْلَنْتُ، وَمَا أَسْرَفْتُ، وَمَا أَنْتَ أَعْلَمُ بِهِ مِنِّي. أَنْتَ الْمُقَدِّمُ، وَأَنْتَ الْمُؤَخِّرُ لاَ إِلَهَ إِلاَّ أَنْتَ

Artinya: "Ya Allah! Ampunilah aku akan (dosaku) yang aku lewatkan dan yang aku akhirkan, apa yang aku rahasiakan dan yang kutampakkan, yang aku lakukan secara berlebihan, serta apa yang Engkau lebih mengetahui dari pada diriku, Engkau yang mendahulukan dan mengakhirkan, tidak ada Tuhan yang berhak disembah kecuali Engkau”. (HR. Muslim: 1/534 Hadits no.771). 

Kelima:

اللَّهُمَّ أَعِنِّي عَلَى ذِكْرِكَ، وَشُكْرِكَ، وَحُسْنِ عِبادَتِكَ

Artinya: “Ya Allah! Bimbinglah daku untuk menyebut nama-Mu, mensyukuri-Mu dan ibadah yang baik kepada-Mu.” (HR. Abu Dawud: 2/630 Hadits no.1522***). 

Keenam:           

اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنَ الْبُخْلِ، وَأَعوذُ بِكَ مِنَ الْجُبْنِ، وَأَعُوذُ بِكَ مِنْ أَنْ أُرَدَّ إِلَى أَرْذَلِ الْعُمُرِ، وَأَعُوذُ بِكَ مِنْ فِتْنَةِ الدُّنْيَا وَعَذَابِ الْقَبْرِ

Artinya: “Ya Allah! Sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari bakhil, aku berlindung kepada-Mu dari penakut, aku berlindung kepada-Mu dari dikembalikan ke usia yang terhina, dan aku berlindung kepada-Mu dari fitnah dunia dan siksa kubur.” (HR. Bukhari 5/2342 Hadits no.6009).   

Ketujuh:          

اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ الْجَنَّةَ وَأَعُوذُ بِكَ مِنَ النَّارِ

Artinya: “Ya Allah! Sesungguhnya aku mohon kepada-Mu, agar dimasukkan ke Surga dan aku berlindung kepada-Mu dari Neraka.” (HR. Abu Dawud 2/292 Hadits no.792).   

Kedelapan:        

Diriwayatkan dari Mihjan bin Al-Adra' bahwasanya Rasulullah shallallahu alaihi wasallam masuk kedalam mesjid, dan mendapati seorang sahabat yang hampir selesai melaksanakan sholat dan dalam keadaan duduk tasyahud, dan membaca doa:

اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ يَا اللَّهُ بِأَنَّكَ الْوَاحِدُ الْأَحَدُ الصَّمَدُ الَّذِي لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يولَدْ، وَلَمْ يَكنْ لَهُ كُفُواً أَحَدٌ، أَنْ تَغْفِرَ لِي ذُنُوبِي إِنَّكَ أَنْتَ الْغَفُورُ الرَّحِّيمُ

Artinya: “Ya Allah! Sesungguhnya aku mohon kepada-Mu, ya Allah! Dengan bersaksi bahwa Engkau adalah Tuhan Yang Maha Esa, Maha Tunggal tidak membutuhkan sesuatu, tapi segala sesuatu butuh kepada-Mu, tidak beranak dan tidak diperanakkan, tidak ada seorang pun yang menyamai-Mu, aku mohon kepada-Mu agar mengampuni dosa-dosaku. Sesungguhnya Engkau Maha Pengampun dan Maha Penyayang.”
Mihjan bin Al-Adra berkata: Maka Rasulullah shallallahu alaihi wasallam berkata sebanyak tiga kali: "Sungguh telah diampuni dosa-dosanya".  (HR. An-Nasai 3/52 Hadits no.1301, dan Ahmad: 31/310 Hadits no.18974).  


_________________________________

Shohih Al-Bukhory, Tahqiq: Dr. Musthofa Diibul Bugho, Cet. Dar Ibnu Katsir - Dar Yamamah, Dimasyq. Cet: Kelima, 1414H-1993M.
** Shohih Muslim, Tahqiq: Muhammad Fuad Abdul Baaqy, Cet. Dar Ihya at-Turats al-Araby, Beirut, 1955M. 
*** Sunan Abi Daud, Tahqiq: Syuaib Al-Arnauth, Cet, Dar Ar-Risalah Al-Alamiyah, 1430H-2009M.

Sujud Syukur adalah sujud yang dilakukan ketika mendapatkan nikmat yang tidak disangka-sangka atau ketika selamat dari bencana dan bahaya sebagai bentuk syukur kepada Allah Ta'ala.

Dalil Sujud Syukur adalah:

Berikut ini adalah dalil disyariatkannya sujud syukur:

عَنْ أَبِى بَكْرَةَ عَنِ النَّبِىِّ -صلى الله عليه وسلم- أَنَّهُ كَانَ إِذَا جَاءَهُ أَمْرُ سُرُورٍ أَوْ بُشِّرَ بِهِ خَرَّ سَاجِدًا شَاكِرًا لِلَّهِ.

Artinya: "Dari Abu Bakroh, dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, yaitu ketika beliau mendapati hal yang menggembirakan atau dikabarkan berita gembira, beliau tersungkur untuk sujud pada Allah Ta’ala". (HR. Abu Daud no. 2774 dan At-Tirmidzy no. 1578).

عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ عَوْفٍ، أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم قَالَ: " إِنِّي لَقِيتُ جِبْرِيلَ عليه السلام فَبَشَّرَنِي وَقَالَ: إِنَّ رَبَّكَ، يَقُولُ: ‌مَنْ ‌صَلَّى ‌عَلَيْكَ ‌صَلَّيْتُ ‌عَلَيْهِ، وَمَنْ سَلَّمَ عَلَيْكَ سَلَّمْتُ عَلَيْهِ، فَسَجَدْتُ لِلَّهِ شُكْرًا". هَذَا حَدِيثٌ صَحِيحُ الْإِسْنَادِ، وَلَمْ يُخَرِّجَاهُ.

Artinya: " Dari Abdurrahman bin Auf Radhiyallahu 'anhu bahwasanya Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam bersabda: "Saya bertemu dengan Jibril Alaihi salam dan dia memberiku kabar gembira dan berkata: sesungguhnya Tuhanmu telah berkata: siapa yang bershalawat kepadamu Allah akan bershalawat kepadanya, dan siapa yang memberikan salam kepadamu Aku akan memberikan salam kempada nya, maka saya bersujud sebagai bentuk syukur kepada Allah Ta'ala". (Hakim no.2019 dan Ahmad no. 1664). Hakim berkata: Hadits ini sanad nya shohih, dan tidak dikeluarkan oleh Al-Bukhori dan Muslim dalam As-Shohiihain.


Hukum Sujud Syukur:

Sujud syukur disunnahkan ketika mendapatkan nikmat yang tidak disangka-sangka atau ketika selamat dan terhindar dari bahaya. Ini menurut pendapat Mazhab Syafi'i dan Hambali. Sementara menurut Mazhab Maliki Sujud Syukur hukumnya Makruh, dan ini merupakan sebuah riwayat dalam mazhab hanfi.

Contohnya adalah ketika seseorang baru dikarunia anak oleh Allah setelah dalam waktu yang lama menanti, maka dia bersujud sebagai bentuk syukurnya kepada Allah Ta'ala. Begitu juga ketika seseorang selamat dari musibah, sembuh dari sakit, menemukan barang yang hilang, atau diri dan hartanya selamat dari kebakaran atau dari tenggelam, maka disunnahkan baginya untuk melakukan sujud syukur. Sujud syukur bisa juga dilkukan karena seseorang melihat orang yang tertimpa musibah atau melihat ahli maksiat, ia bersyukur karena selamat dari hal-hal tersebut.

Bagaimana Jika Mendapatkan Nikmat yang Sifatnya Terus Menerus apakah disunnahkan juga sujud syukur?

Ulama Mazhab Syafi’i dan Ulama Mazhab Hambali berpendapat: “Tidak disunnahkan untuk sujud syukur karena mendapatkan nikmat yang sifatnya terus menerus yang tidak pernah terputus”. contohnya: nikmat bernafas, maka tidak disunnahkan sujud syukur atas nikmat bernafas, karena nikmah bernafas sifatnya terus menerus, selagi masih hidup, tentu masih bisa bernafas. akan tetapi sebagai seorang hamba tentu kita harus besyukur atas segala nikmat yang diberikan oleh Allah Ta'ala kepada kita.


Syarat Sujud Syukur:

Ulama Mazhab Syafii dan Hanbali menyatakan bahwa disyaratkan untuk sujud syukur itu seperti apa-apa yang disyaratkan untuk Sholat, berupa harus dalam keadaan suci, menghadap kiblat, menutup aurat, dan jauh dari najis.

Berdasarkan pendapat ini, maka sujud syukur ketika haid tidak boleh dilaksanakan, begitu juga sujud syukur tampa wudhu. karena keadaan bersuci merupakan syarat sujud syukur.

Sementara ada sebagaian ulama berpendapat: bahwa Sujud Syukur tidak disyaratkan menghadap kiblat, juga tidak disyaratkan dalam keadaan suci, karena sujud syukur bukanlah shalat. Namun hal-hal tadi hanyalah disunnahkan saja dan bukan syarat. Demikian pendapat yang dianut oleh Ibnu Taimiyah rahimahullah yang menyelisihi pendapat Ulama Madzhab Hambali.

Berdasarkan pendapat yang satu ini, maka tidak mengapa melakukan sujud syukur dalam keadaan tidak berwudhu, begitu juga sujud syukur dalam keadaan haid.

Niat Sujud Syukur:

نَوَيْتُ سَجْدَةَ (سُجُوْدَ) الشُّكْرِ لِلّهِ تَعَالَى

"Nawaitu sajdatas (sujudas) syukri Lillahi Ta'aalla."

Artinya: "Saya niat sujud syukur karena Allah Ta'aalla"

Tata Cara Sujud Syukur:

Tata caranya adalah sama seperti sujud tilawah yang dilakukan diluar sholat. Yaitu dengan sekali sujud. Ketika akan sujud hendaklah dalam keadaan suci, menghadap kiblat, lalu bertakbir, kemudian melakukan sekali sujud. Bacaan sujud syukur adalah adalah seperti bacaan ketika sujud dalam shalat, seperti berikut:

سُبْحَانَ رَبِّيَ الأَعْلَى

Artinya: “Maha Suci Tuhanku, Yang Maha Tinggi. (dari segala kekurangan dan hal yang tidak layak)". Dibaca tiga kali.

سُبوحٌ، قُدُّوسٌ، رَبُّ الْمَلَائِكَةِ وَالرُّوحِ

Artinya: “Engkau Tuhan Yang Maha Suci, Maha Agung, Tuhan para malaikat dan Jibril”.

سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ رَبَّنَا وَبِحَمْدِكَ، اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِي

Artinya: “Maha Suci Engkau. Ya Allah, Tuhan kami, aku memuji-Mu. Ya Allah, ampunilah dosaku”.

اللَّهُمَّ لكَ سَجَدْتُ، وَبِكَ آمَنْتُ، وَلَكَ أَسْلَمْتُ، سَجَدَ وَجْهِي لِلَّذِي خَلَقَهُ، وَصَوَّرَهُ، وَشَقَّ سَمْعَهُ وَبَصَرَهُ، تَبَارَكَ اللَّهُ أَحْسَنُ الخَالِقِينَ

Artinya: "Ya Allah, untuk-Mulah aku bersujud, kepada-Mulah aku beriman, kepada-Mu aku menyerahkan diri, wajahku bersujud kepada Tuhan Yang menciptakannya, Yang membentuk rupanya, Yang membelah (memberikan) pendengarannya, penglihatannya, Maha Suci Allah sebaik-baik Pencipta”.

Kemudian setelah itu bertakbir kembali dan mengangkat kepala. Setelah tidak ada tasyahud dan tidak ada salam.

Hanya saja pada pembahasan tasyahud dan salam pada sujud syukur ada tiga pendapat dalam mazhab Syafi'i: yang paling kuat adalah: adanya salam dan tidak ada tasyahud.

Catatan Penting: Sujud Syukur tidak boleh dilakukan di dalam Sholat. Apabila Sujud syukur dilakukan di dalam Sholat maka Sholatnya menjadi batal. Hal itu karena sebab sujud syukur bulanlah bagian dari sholat, lain hal nya dengan sujud tilawah, karena sebab sujud tilawah dalam sholat merupakan bagian dari sholat, yaitunya membaca ayat tilawah.

Semoga bermanfaat. Wallahu A'lam bis-Showaab.

Astaghfirullaha wa Atuubu Ilaih أَسْتَغْفِرُ اللهَ وَأَتُوْبُ إِلَيْهِ 

Teman-teman zawiyah fiqih dimanapun berada semoga selalu berada dalam naungan lindungan Allah Ta'ala, Allahumma Aamiin. 

Setiap manusia tidak pernah luput dari yang namanya salah, khilaf dan dosa. Dan yang paling baik dari orang yang melakukan kesalahan adalah yang sering bertaubat kepada Allah Ta'ala. Sebagaimana yang diriwayatkan oleh Anas bin Malik radhiyallahu 'anhu, dari Rosulullah shallallahu alaihi wasallam:

عن أنس بن مالك رضي الله عنه قال: قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : «كُلُّ بَنِيْ آدَمَ خَطَّاءٌ، وَخَيْرُ الخَطَّائِينَ التَوَّابُوْنَ».

Artinya: "Dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu berkata: Rosulullah shollallahu alaihi  wasallam bersabda: Setiap Anak keturun Adam sering melakukan kesalahan, dan yang paling baik dari yang sering melakukan kesalahan itu adalah yang sering bertaubat". (HR. At-Tirmidzy, Ibnu Majah, Ad-Darimy, dan Ahmad).

Mulai dari bangun tidur hari ini sampai sekarang, sudah berapa kalikah kita mengucapkan kalimat taubat: Astaghfirullaha wa Atuubu Ilaih ?.


Teman-teman Zawiyah Fiqih Rahimakummullah:

Rasulullah shollallahu alaihi wasallam adalah pribadi yang ma'shuum (terpelihara dari kesalahan), walau demikian hal tersebut tidak lantas membuat Rasulullah shallallahu alaihi wasallam melupakan istighfar dan taubat, malah sebaliknya hal itu justru membuat Rasulullah shallallahu alaihi wasallam lebih sering untuk beristighfar dan bertaubat kepada Allah Ta'ala. 

Diriwayatkan dari Abu Hurairoh radhiyallahu 'anhu bahwa Nabi kita Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, pemimpin anak manusia, menggucapkan Astaghfirullaha wa Atuubu Ilaih lebih dari 70 kali dalam sehari.

عن أَبُي هُرَيْرَةَ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ - صلى الله عليه وسلم - يَقُولُ « وَاللَّهِ إِنِّى لأَسْتَغْفِرُ اللَّهَ وَأَتُوبُ إِلَيْهِ فِى الْيَوْمِ أَكْثَرَ مِنْ سَبْعِينَ مَرَّةً »

Artinya: “Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu berkata: “Aku telah mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Demi Allah, sesungguhnya aku benar-benar beristighfar kepada Allah dan bertobat kepada-Nya, lebih banyak dari 70 kali dalam sehari”. (HR. Bukhari).

Lalu bagaimanakah dengan kita, umat Rasulullah shallallahu alaihi wasallam, yang tidak memiliki sifat ma'shuum (terpelihara dari kesalahan), sering melakukan kesalahan dan kekhilafan, ibadah belum sempurna, amal sholeh masih kurang,  belum ada jaminan masuk surga, bukankah kita harus lebih banyak bersitighfar dan bertaubat daripada beliau ?.

Astaghfirullaha wa Atubu Ilaih, sampai detik ini, berapa kali kita merasakan kegalauan dan  keresahan? lalu berapa kali juga kita sudah mengucapkan kalimat istighfar dan taubat ini?

Dalam sebuah hadits diriwayatkan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam jika merasa sesuatu menutupi hatinya, atau merasa hatinya terhalang (dari melaksanakan zikir yang sudah rutin dilakukan), beliau beristighfar sebanyak 100 kali dalam sehari.


عَنِ الأَغَرِّ الْمُزَنِىِّ - وَكَانَتْ لَهُ صُحْبَةٌ - أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- قَالَ « إِنَّهُ لَيُغَانُ عَلَى قَلْبِى وَإِنِّى لَأَسْتَغْفِرُ اللَّهَ فِى الْيَوْمِ مِائَةَ مَرَّةٍ ».

Artinya: “Dari Al-Agharr Al-Muzani radhiyallahu ‘anhu, sahabat nabi, berliau meriwayatkan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Sesungguhnya hatiku benar-benar terhalang (tertutupi) dan sungguh aku benar-benar beristighfar kepada Allah dalam sehari sebanyak 100 kali”.  (HR. Muslim).

Rasulullah shallallahu alaihi wasallam yang hatinya selalu terjaga, terpelihara dan mendapat petunjuk, jika merasa ada sesuatu yang menghalangi dan menutupi hatinya, beliau selalu beristighfar dalam sehari sebanyak 100 kali, Lalu bagaimanakah dengan kita, yang hatinya tidak selalu terjaga dan tidak selalu mendapat petunjuk, bukankah kita harus lebih banyak beristighfar?

Astaghfirullaha wa Atubu Ilaih, sampai sekarang sudah berapa kali Anda mengucapkannya?

Dalam sebuah hadits diriwayatkan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam yang sudah dijamin ampunan oleh Allah Ta'ala, beliau beristighfar memohon ampunan dan bertaubat dalam satu majelis sebanyak 100 kali.

عَنِ ابْنِ عُمَرَ قَالَ إِنْ كُنَّا لَنَعُدُّ لِرَسُولِ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- فِى الْمَجْلِسِ الْوَاحِدِ مِائَةَ مَرَّةٍ « رَبِّ اغْفِرْ لِى وَتُبْ عَلَىَّ إِنَّكَ أَنْتَ التَّوَّابُ الرَّحِيمُ ».


Artinya: “Abdullah bin Umar radhiyallahu ‘anhuma berkata: “Sungguh kami pernah benar-benar menghitung untuk Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam di dalam satu majelis sebanyak 100 kali, beliau mengucapkan: Rabbighfir lii wa tub ‘alayya, innaka antattawwaburrahim. (Ya Tuhanku ampunilah dosa-dosa ku, dan terimalah taubatku, sesungguhnya Engkau maha penerima taubat dan maha penyayang)”. (HR. Abu Daud).

Oleh karena itu sebagai umat beliau hendaklah kita harus lebih banyak lagi bertighfar, karena kita sama sekali tidak ada jaminan ampunan dosa, yang ada dosanya selalu bertambah.

Coba teman-teman perhatikan penjelasan yang sangat bermanfaat dari Syeik Ibnu Taimiyah dalam kitabnya Majmu' Fatawa berikut ini:


وَقَالَ شَيْخُ الْإِسْلَامِ تَقِيُّ الدِّينِ أَحْمَد ابْنُ تَيْمِيَّة - رَحِمَهُ اللَّهُ تَعَالَى - :
فَالْعَبْدُ دَائِمًا بَيْنَ نِعْمَةٍ مِنْ اللَّهِ يَحْتَاجُ فِيهَا إلَى شُكْرٍ وَذَنْبٍ مِنْهُ يَحْتَاجُ فِيهِ إلَى الِاسْتِغْفَارِ وَكُلٌّ مِنْ هَذَيْنِ مِنْ الْأُمُورِ اللَّازِمَةِ لِلْعَبْدِ دَائِمًا فَإِنَّهُ لَا يَزَالُ يَتَقَلَّبُ فِي نِعَمِ اللَّهِ وَآلَائِهِ وَلَا يَزَالُ مُحْتَاجًا إلَى التَّوْبَةِ وَالِاسْتِغْفَارِ . وَلِهَذَا كَانَ سَيِّدُ وَلَدِ آدَمَ وَإِمَامُ الْمُتَّقِينَ مُحَمَّدٌ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَسْتَغْفِرُ فِي جَمِيعِ الْأَحْوَالِ.


Artinya: Syeikhul Islam Ibnu Taimiyah berkata: "Seorang hamba selalu berada di antara nikmat dari Allah yang perlu dia syukuri dan dosa darinya yang dia perlu  untuk meminta pengampunan. Dan dua hal ini adalah hal-hal yang selalu menyertai seorang hamba, karena dia selalu berpindah-pindah (berada) dalam nikmat dan karunia Allah, dan dia senantiasa memerlukan taubat dan pengampunan. Oleh karena itu, pemimpin umat manusia dan imam orang-orang bertakwa, Nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam, selalu meminta pengampunan (beristighfar) dalam segala keadaan." (Majmu' Fatawa, 10/88).

Semoga kita semua diberi kemudahan oleh Allah Ta'ala untuk menjadi pribadi yang selalu berusaha untuk meningkatkan kualitas iman, ibadah dan muamalah kita, dan juga semoga Allah Ta'ala menjauhkan kita dari segala bentuk kesalahan dan kekhilafan. dan semoga Allah Ta'ala memudahkan kita untuk menjadi bagian dari orang-orang yang selalu bertaubat dan memohon ampunan dari Allah Ta'ala. Aamiin ya Allah, Aamiin ya Rahmam, Amiin ya Rahiim, Aamiin ya Mujiibas saailiin, Aamiin Allahumma Aamiin.

Wallahu a’lam bisshawaab.
Makharijul Huruf adalah salah satu pembahasan yang sangat penting dalam Ilmu Tajwid. Karena, ketepatan pelafalan bunyi suatu huruf sangat dipengaruhi oleh asal suara/bunyi huruf tertentu itu diucapkan. Dalam bukunya At-Tahdiid fil Itqaani wat-tajwiid, Imam Ad-Daani menuliskan bahwa, "Sesungguhnya poros ilmu tajwid adalah mengetahui tempat-tempat keluarnya bunyi suatu huruf beserta sifat-sifat huruf tersebut."

Apa itu Makhraj?

Secara bahasa Makhraj artinya adalah tempat keluarnya sesuatu (re:huruf).
Sedangkan secara istilah, Makhraj adalah tempat keluar dan munculnya suatu huruf dengan bunyi tertentu sehingga membedakan bunyi huruf tersebut dengan huruf-huruf lainnya.

Bagaimana cara mengetahui tempat keluar suatu huruf?

Kita dapat mengetahui tempat keluar suatu huruf (arab) tersebut dengan mengucapkan hamzah (أ) berharakat, misalnya fathah, kemudian menyukunkan huruf atau bisa juga dengan memberi tasydid huruf yang ingin kita ketahui makhrajnya. Maka, akhir sumber suara yang terdengar adalah makhraj atau tempat keluar huruf tersebut.

Contoh:
Mengetahui makhraj huruf ب dengan cara berikut: أَبْ atau أَبَّ


Apa itu Huruf?

Huruf secara bahasa artinya sisi sesuatu.
Sedangkan menurut istilah, Huruf adalah suara yang bersumber dari bagian (tempat) tertentu.

Ulama berbeda pendapat mengenai total jumlah huruf hijaiyah, kepada:

1. Huruf Hijaiyyah terdiri dari 28 huruf, dengan menyamakan huruf alif dengan hamzah. Sebagai berikut:

 أ ب ت ث ج ح خ د ذ ر ز س ش ص ض ط ظ ع غ ف ق ك ل م ن و ه ي

2. Huruf hijaiyyah terdiri dari 29 huruf, dengan membedakan antara huruf alif dan hamzah. Sebagai berikut:

ا ب ت ث ج ح خ د ذ ر ز س ش ص ض ط ظ ع غ ف ق ك ل م ن و ه ء ي

3.Huruf hijaiyyah terdiri dari 30 huruf, dengan menambahkan ghunnah sebagai huruf yang ke-30. Sebagai berikut:

 ا ب ت ث ج ح خ د ذ ر ز س ش ص ض ط ظ ع غ ف ق ك ل م ن و ه ء ي غنّة

Imam At-Thiibi dan Imam Jazary (Penulis matan tajwid) memilih pendapat yang kedua bahwa huruf hijaiyyah terdiri dari 29 huruf.

Pembagian Huruf

1. Huruf Ma'aani yaitu huruf yang menunjukkan makna (yang kita pelajari dalam Ilmu Nahwu), seperti: على - من - إلى, dan lainnya.
2. Huruf Mabaani yaitu huruf-huruf hijaiyyah, seperti: ب - ي - س  dan seterusnya.

Huruf Mabani terbagi dua bagian:

1. Huruf Mabaani Asli yaitu 29 huruf-huruf hijaiyyah.
2. Huruf Mabani Far'i yaitu huruf yang keluar dari dua makhraj (tempat keluar suara) sehingga suara yang dihasilkan bergema antara dua huruf atau dua sifat huruf. Huruf ini memiliki bunyi tapi tidak ada tulisan tertentu.

Ada empat perbedaan ulama mengenai jumlah makharijul huruf

1. Sebagian ulama mengatakan bahwa ada 29 makharijul huruf sesuai dengan jumlah huruf hijaiyyah. Setiap huruf memiliki makhraj tersendiri. Karena jika masing-masing huruf tidak memiliki makhraj khusus maka suara suatu huruf akan bercampur dengan suara huruf lainnya dan akan ada persamaan bunyi antara huruf yang satu dengan yang lainnya.

2. Khalil bin Ahmad al-Farahidi dan Ibnu Jazari mengatakan bahwa ada 17 makharijul huruf hijaiyyah (ini adalah pendapat mayoritas ulama dan dipilih oleh ulama qiroat).

3. Sibawaihi dan Imam Syathibi mengatakan bahwa ada 16 makharijul huruf hijaiyyah. Menurut pendapat ini rongga tenggorokan (aljauf) bukanlah makhraj. Huruf-huruf mad pada makhraj aljauf dibagi sesuai makhraj huruf tersebut ketika berharakat.

4. Al-Farraa' dan al-Jurumi mengatakan ada 14 makharijul huruf hijaiyyah. Pendapat ini juga tidak menjadikan rongga tenggorokan (aljauf) sebagai makhraj, dan menjadikan huruf ل - ن - ر bersumber dari satu makhraj yang sama hingga membagi makhraj lisan kepada delapan bagian.

Pembagian Makharijul Huruf

Makharijul huruf terbagi dua:

1. Makhaarij 'Ammah (Umum)/Raiisiyyah
  • Al-Jauf (Rongga Tenggorokan)
  • Al-Halqi (Tenggorokan)
  • Lisan (Lidah)
  • Asy-Syafataan (Bibir)
  • Alkhaysyum (Rongga Hidung)

2. Makhaarij Khaasshah (Khusus)/Far'iyyah
  • Al-Jauf (Rongga Tenggorokan) : terdiri dari satu makhraj aljauf, huruf mad ( ا - و- ي
  • Al-Halqi (Tenggorokan) : terdiri dari tiga cabang makhraj.
    • Aqshal Halqi (Pangkal Tenggorokan), huruf ء dan ه.
    • Wasthul Halqi (Tengah Tenggorokan), huruf ع dan ح.
    • Adnal Halqi (Ujung Tenggorokan), huruf غ dan خ.
  • Lisan (Lidah) : terdiri dari sepuluh cabang makhraj.
    • Aqshal Lisan (Pangkal lidah dengan langit-langit mulut belakang), huruf ق.
    • Aqshal Lisan (Pangkal lidah dengan langit-langit mulut tengah), huruf ك.
    • Wasthul Lisan (Tengah Lidah), huruf ج ي ش.
    • Haafatul Lisan (Pangkal Tepi Lidah), huruf ض.
    • Haafatul Lisan (Ujung Tepi Lidah tulang keras langit-langit depan), huruf ل.
    • Tharaful Lisan (Ujung Lidah dengan pangkal tulang yang keras langit-langit), huruf ن.
    • Tharaful Lisan (Ujung Lidah dengan langit-langit depan), huruf ر.
    • Tharaful Lisan (Ujung Lidah dengan Ujung Gusi tempat tumbuh gigi seri atas), د ت ط.
    • Tharaful Lisan (Ujung Lidah), huruf ص زس.
    • Tharaful Lisan (Ujung Lidah dengan ujung gigi seri atas), huruf ظ ذ ث.
  • Asy-Syafataan (Bibir) : terdiri dari dua cabang makhraj.
    • Bathnus Syafah (Ujung gigi seri atas dengan bagian perut bibir bawah yang basah), huruf ف.
    • Asy-Syafataan (Bibir atas dengan bibir bawah), huruf و ب م.
  • Alkhaysyum (Rongga Hidung) : terdiri dari satu cabang makhraj, huruf ghunnah (dengung), ن  dan م.
Semoga bermanfaat. Untuk penjelasan lebih lengkap mengenai makharijul huruf, tunggu tulisan selanjutnya, yaa..

 
Hukum Ta'awudz dan Cara Membacanya:

Ta'awudz (isti'adzah) merupakan permintaan perlindungan kepada Allah Subhaanahu wa Ta'aala dari setan yang dirajam (terkutuk).

Ada tiga lafazh ta'awudz (isti'adzah) yang boleh dibaca ketika memulai bacaan Al-Qur'an, yaitu:
  • أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ (Lafazh yang paling utama)
  • أَعُوْذُ بِاللهِ السَّمِيْعِ الْعَلِيْمِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ
  • أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ
Hukum membaca ta'awudz/Isti'adzah ketika memulai membaca Al-Quran adalah Sunnah/Mustahab dan ada pendapat lain yang mengatakan wajib berdasarkan firman Allah Subhaanahu wa Ta'aala dalam Surat An-Nahl: 98:

فَإِذَا قَرَأْتَ ٱلْقُرْءَانَ فَٱسْتَعِذْ بِٱللَّهِ مِنَ ٱلشَّيْطَٰنِ ٱلرَّجِيمِ

Artinya: "Apabila kamu membaca Al Quran hendaklah kamu meminta perlindungan kepada Allah dari syaitan yang terkutuk."


Apakah Ta'awudz/isti'adzah dibaca keras (jahr/didengar orang lain) atau tanpa mengeluarkan suara (sirr)?

1. Ta'awudz/isti'adzah dibaca jahar ketika memulai bacaan Al-Quran dalam sebuah perkumpulan atau perayaan juga ketika sedang belajar membaca Al-Qur'an dan dibaca sirr ketika sholat atau sedang membaca sendiri.

2. Sebagian ulama lain berpendapat bahwa menjaharkan lafaz ta'awudz/isti'adzah tidaklah mutlak akan tetapi ada beberapa keadaan yang membolehkan ta'awudz/sti'adzah dibaca sirr, seperti:
  • Jika seorang qari membaca sendiri.
  • Apabila dia membaca dengan sirr ditengah orang ramai.
  • Apabila datang gilirannya membaca Al-Qur'an dalam s halaqoh dan dia bukan orang yang pertama kali membaca.
Bagaimana membaca ta'awudz/isti'adzah dalam sholat?
Ta'awudz/isti'adzah dibaca sirr baik dalam sholat jahar maupun sholat sirr.

Jika bacaan Al-Qur'an terputus, haruskah mengulang ta'awudz/isti'adzah kembali?
Apabila seseorang mengawali bacaan ta'awudz/sti'adzah dengan jahr, kemudian bacaannya terputus dengan pembicaraan diluar bacaan (pembicaraan yang tidak berhubungan dengan bacaan). Maka, ia dianjurkan melanjutkan bacaan dengan memngulang isti'adzah kembali. Kecuali, jika bacaan terputus karena keadaan darurat seperti batuk, bersin atau pembicaraan yang masih berkaitan dengan Al-quran atau bacaan. Maka bacaan ta'awudz tidak perlu diulang. [1]


Cara-cara Membaca Ta'awudz/Isti'adzah:

1. Cara membaca Ta'awudz diawal surat
  • Memutus/berhenti setelah membaca ta'awudz kemudian membaca basmalah, lalu membaca awal ayat surat yang ingin dibaca.
  • Memutus/berhenti setelah membaca ta'awudz kemudian membaca basamalah bersambung dengan awal ayat pada surat yang dibaca.
  • Menyambung bacaan ta'awudz dengan basmalah kemudian membaca awal ayat surat yang ingin dibaca.
  • Menyambung bacaan ta'awudz, basmalah dan awal ayat surat yang ingin dibaca.

2. Cara membaca ta'awudz dan basmalah di tengah surat

Maksudnya seseorang memulai bacaan Al-Qur'annya di pertengahan surat, seperti memulai bacaan pada awal juz yang bukan awal surat, awal hizb, atau ayat lainnya. Maka, ia boleh memilih ingin membaca basmalah setelah ta'awudz atau tidak membaca basmalah.

- Jika membaca basmalah setelah isti'adzah maka ia boleh memilih salah satu dari cara yang empat diatas.

- Namun, apabila ia tidak membaca basmalah, maka ia boleh memilih satu dari dua cara berikut ini:
  • Memutus/berhenti setelah membaca ta'awudz kemudian membaca awal ayat surat yang ingin dibaca. Dan cara ini lebih diutamakan/dianjurkan untuk diamalkan.
  • Menyambung bacaan ta'awudz, basmalah dan awal ayat surat yang ingin dibaca.

Hukum Basmalah dan Cara Membacanya:
Tidak ada perbedaan pendapat Ulama Qiroat (Qurra') tentang hukum membaca basmalah di setiap awal surat kecuali surat At-Taubah.

Teks atau lafaz basmalah adalah:

بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِیْمِ

Artinya: “Dengan nama Allah yang maha pengasih lagi maha penyayang.”

Bagaimanakah hukum membaca basmalah dalam sholat?
Boleh Jahr (keras), atau tidak Jahr (tidak dibaca keras), sesuai madzhab fiqih masing-masing.

Cara-cara Membaca Basmalah:

1. Cara membaca basmalah di antara dua surat, adalah:

  • Menyambung akhir ayat surat yang sedang dibaca dengan basmalah dan dengan awal ayat surat berikutnya.
  • Memutus akhir ayat surat yang sedang dibaca dengan basmalah dan dengan awal ayat surat berikutnya.
  • Berhenti pada akhir ayat surat yang sedang dibaca, lalu menyambung basmalah dengan awal ayat surat berikutnya.

Penting: Dilarang menyambung akhir ayat yang sedang dibaca dengan basmalah lalu berhenti, kemudian melanjutkan bacaan langsung pada ayat pertama surat berikutnya. Tahukah mengapa? agar tidak menganggap basmalah sebagai lanjutan dari surat sebelumnya yang sedang dibaca. Seolah-olah basmalah termasuk ayat pada surat yang terakhir dibaca.

2. Cara membaca akhir ayat surat Al-Anfal dengan awal surat At-Taubah

Hanya ada satu surat di dalam Al-Qur'an yang tidak diawali dengan basmalah yaitu Surat At-Taubah. Hal ini dikarenakan Surat At-Taubah merupakan surat yang diawali dengan seruan perang sedangkan kalimat basmalah mengandung makna kasih sayang sehingga tidak mungkin sebuah peperangan dilandasi dengan rasa kasih sayang. Lafaz basmalah di dalam Al-Qur'an terdapat sebanyak 114 kali, di setiap awalan surat yang 113 dan pada QS. An-Naml ayat 30.

Cara membaca akhir ayat surat Al-Anfal: 75 dengan awal surat At-Taubah: 1 ada tiga cara, yaitu:
  • Berhenti pada akhir surat Al-Anfal (عَلِيمٌۢ), lalu mengambil nafas kemudian melanjutkan bacaan dengan memulai ayat pertama surat At-Taubah (...بَرَآءَةٌ)
  • Berhenti pada akhir surat Al-Anfal (عَلِيمٌۢ) dengan saktah (saktah: berhenti sejenak tetapi tidak boleh mengambil nafas), lalu melanjutkan bacaan ayat pertama surat At-Taubah (...بَرَآءَةٌ)
  • Menyambung akhir ayat surat Al-Anfal (عَلِيمٌۢ) dengan ghunnah dua harakat (Iqlab) dengan awal ayat surat At-Taubah (...بَرَآءَةٌ)


➧Ulama berpendapat bahwa membaca basmalah di beberapa tempat berikut ini lebih dianjurkan dibanding meninggalkan bacaan basmalah ketika memulai bacaan Al-Qur'an:

1. Ayat-ayat yang dimulai dengan asmaul husna, seperti:


ٱلرَّحْمَٰنُ عَلَى ٱلْعَرْشِ ٱسْتَوَىٰ

Artinya: "(Yaitu) Tuhan Yang Maha Pemurah. Yang bersemayam di atas 'Arsy." (Qs. Thaha: 5)


ٱللَّهُ وَلِىُّ ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ يُخْرِجُهُم مِّنَ ٱلظُّلُمَٰتِ إِلَى ٱلنُّورِ


Artinya: "Allah Pelindung orang-orang yang beriman; Dia mengeluarkan mereka dari kegelapan (kekafiran) kepada cahaya (iman). Dan orang-orang yang kafir, pelindung-pelindungnya ialah syaitan, yang mengeluarkan mereka daripada cahaya kepada kegelapan (kekafiran). Mereka itu adalah penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya." (Qs. Al-Baqarah: 257)

2. Ayat-ayat yang dimulai dengan dhamir (kata ganti) Allah Subhaanahu wa Ta'aala, seperti:


إِلَيْهِ يُرَدُّ عِلْمُ ٱلسَّاعَةِ

Artinya: "Kepada-Nya-lah dikembalikan pengetahuan tentang hari Kiamat." (Qs. Fussilat: 47)


3. Ayat yang dimulai dengan sayyidina Muhammad Shallallaahu 'alaihi wasallam, seperti:

مُّحَمَّدٌ رَّسُولُ ٱللَّهِ

Artinya: "Muhammad itu adalah utusan Allah" (Qs. Al-Fath: 29)


➧Ulama juga mengisyaratkan untuk tidak membaca basmalah ketika memulai bacaan Al-Qur'an pada ayat-ayat berikut ini:[2]

• Qs. An-Nisa : 118

لَّعَنَهُ ٱللَّهُ

Artinya: "Yang dilaknati Allah"

• Qs. Al-Baqarah : 268

ٱلشَّيْطَٰنُ يَعِدُكُمُ ٱلْفَقْرَ وَيَأْمُرُكُم بِٱلْفَحْشَآءِ

Artinya: "Setan menjanjikan (menakut-nakuti) kamu dengan kemiskinan dan menyuruh kamu berbuat kejahatan (kikir)"

Wallaahu a'lam bis shawab

[1] Kitab An-Nasyr fii Qiroaatil 'Asyr (Hal. 259/Jilid 1).
[2] Kitab An-Nasyr fii Qiroaatil 'Asyr (Hal. 266/Jilid 1).

____________________

* Oleh: Dini Mukhlishati, Lc.


6 Amalan yang bisa dilakukan wanita haid di Malam Lailatul Qadar (10 Hari Terakhir Ramadhan).

Menurut Jumhur Ulama Malam Lailatul Qadar jatuh di sepuluh hari terakhir di bulan Ramadan, yaitunya di malam-malam ganjil. 

Malam mulia yang lebih baik dari seribu bulan ini hendaknya kita isi dengan amalan-amalan ketaatan, sehingga pahala yang diperoleh dilipat gandakan oleh Allah ta'alaa, ditambah dengan jaminan yang di berikan oleh Rasulullah shallallahu alaihi wasallam dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah radhiyallah 'anhu:

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ : مَنْ قَامَ لَيْلَةَ الْقَدْرِ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ (رواه البخاري: 1901، ومسلم: 759)
Artinya:
"Siapa yang qiyamullail di malam qadar dengan penuh keimanan dan perhitungan, diampuni dosa-dosanya yang telah lalu". (HR. Bukhori dan Muslim)

Setiap muslim dan muslimah pasti menginginkan untuk mendapat malam lailatul qadar ini dan mengisinya dengan ibadah-ibadah kepada Allah ta'alaa. Namun bagaimana jika seorang muslimah sedang dalam keadaan haid? masih bisakah meraih keistimewahan pada malam qadar ini? 

Saat sedang haid, seorang muslimah memang tidak boleh puasa dan shalat dan beberapa ibadah lain. Meski begitu, ada banyak amalan dan ibadah yang tetap bisa dilakukan. Bahkan seorang yang sedang haid masih punya kesempatan untuk mendapat kemuliaan lailatul qadar.


Wanita haid tetap bisa mendapat kemulian malam Lailatul Qadar dan mendapatkan pahala yang berlipat ganda dengan melakukan amalan-amalan berikut:

1. Memperbanyak Istighfar dengan membaca:

أَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ

“Astaghfirullah Al Adzim.”
“Aku memohon ampunan kepada Allah yang Maha Agung.”

2. Memperbanyak Membaca Doa Sayyidul Istighfar:

اللَّهُمَّ أَنْتَ رَبِّيْ لاَ إِلَـهَ إِلاَّ أَنْتَ، خَلَقْتَنِيْ وَأَنَا عَبْدُكَ، وَأَنَا عَلَى عَهْدِكَ وَوَعْدِكَ مَا اسْتَطَعْتُ، أَعُوْذُ بِكَ مِنْ شَرِّ مَا صَنَعْتُ، أَبُوْءُ لَكَ بِنِعْمَتِكَ عَلَيَّ، وَأَبُوْءُ بِذَنْبِيْ فَاغْفِرْ لِيْ فَإِنَّهُ لاَ يَغْفِرُ الذُّنُوْبَ إِلاَّ أَنْتَ.

“Allahumma Anta Rabbii Laa Ilaaha Illaa Anta Khalaqtnii Wa Anna ‘Abduka Wa Anaa ‘Alaa ‘Ahdika Wa Wa’dika. Mastatha’tu a’uudzu Bika Min Syarri Maa Shana’tu Abuu u Laka Bini’ Matika ‘Alayya Wa Abuu-uBidzanbii Faghfir Lii Fa Innahu Laa Yagfirudz Dzunuuba Illa Anta.”

"Ya Allah Engkau adalah Tuhanku, Tidak ada Tuhan selain Engkau yang telah menciptakanku, sedang aku adalah hamba-Mu dan aku diatas ikatan perintah-Mu dan janji-Mu dengan semampuku,  Aku berlindung kepadamu dari segala kejahatan yang telah aku perbuat, Aku  mengakui-Mu atas nikmat-Mu terhadap diriku dan aku mengakui dosaku pada-Mu, maka ampunilah aku, sesungguhnya tiada yang boleh mengampuni segala dosa kecuali Engkau”. (HR. Bukhari).

3. Memperbanyak membaca Tasbih:

سُبْحَانَ اللَّهِ وَبِحَمْدِهِ سُبْحَانَ اللَّهِ الْعَظِيمِ

"Subhanallah wa bi-hamdih, Subhanallahil Adziim."
“Maha suci Allah, aku memuji-Nya, Maha suci Allah yang Maha Agung.

Ini berdasarkan kepada hadits yang diriwayatkan oleh Abu Hurairoh radhiyallahu 'anhu:

عن أبي هريرة رضي الله عنه قال قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: ( كَلِمَتَانِ خَفِيفَتَانِ عَلَى اللِّسَانِ ثَقِيلَتَانِ فِي الْمِيزَانِ حَبِيبَتَانِ إِلَى الرَّحْمَنِ سُبْحَانَ اللَّهِ وَبِحَمْدِهِ سُبْحَانَ اللَّهِ الْعَظِيمِ ) رواه البخاري (6682) ومسلم (2694)

Dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu, ia berkata: Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda: “Ada dua kalimat (dzikir) yang ringan diucapkan di lidah, (tapi) berat (besar pahalanya) pada timbangan amal (kebaikan), dan sangat dicintai oleh ar-Rahman (Allah Ta’ala Yang Maha Luas Rahmat-Nya), (yaitu): Subhaanallaahi wabihamdihi, subhaanallahil ‘azhiim (maha suci Allah dengan memuji-Nya, dan maha suci Allah yang maha agung).” (HR. Bukhari dan Muslim)

4. Memperbanyak membaca Sholawat:

اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ، وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ، كَمَا صَلَّيتَ عَلَى إِبْرَاهِيمَ، وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ، إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ، اللَّهُمَّ بَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ، كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ، إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ

“Ya Allah, berilah rahmat kepada Muhammad dan keluarganya, sebagaimana Engkau telah memberikan rahmat kepada Ibrahim dan keluarganya. Sesungguhnya Engkau Maha Terpuji dan Maha Agung. Berilah berkah kepada Muhammad dan keluarganya (termasuk anak dan istri atau umatnya), sebagaimana Engkau telah memberi berkah kepada Ibrahim dan keluarganya. Sesungguhnya Engkau Maha Terpuji dan Maha Agung.” (HR. Bukhari, no: 3370 dan HR. Muslim, no: 406)

عن أبي هريرة، أن رسول الله صلى الله عليه وسلم قال: «مَنْ صَلَّى عَلَيَّ وَاحِدَةً صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ عَشْرًا».

Artinya : “Barangsiapa bershalawat kepadaku satu kali shalawat, maka Allah memberi rahmat kepadanya sepuluh kali.” (HR. Muslim, No: 408)

5. Memperbanyak membaca Tahlil:

لاَ إِلَـهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ، لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرُ

"Laa ilaha illallah wahdahu laa syarika lah, lahul mulku walahul hamdu wa huwa ‘ala kulli syaiin qodiir."

Artinya: “Tidak ada tuhan yang berhak disembah selain Allah semata, tidak ada sekutu bagiNya. Bagi-Nya kerajaan dan segala pujian. Dia-lah yang berkuasa atas segala sesuatu.” 

Ini berdasarkan hadits yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu:

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، قَالَ: «مَنْ قَالَ: لاَ إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ، وَحْدَهُ لاَ شَرِيكَ لَهُ، لَهُ المُلْكُ وَلَهُ الحَمْدُ، وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ، فِي يَوْمٍ مِائَةَ مَرَّةٍ، كَانَتْ لَهُ عَدْلَ عَشْرِ رِقَابٍ، وَكُتِبَتْ لَهُ مِائَةُ حَسَنَةٍ، وَمُحِيَتْ عَنْهُ مِائَةُ سَيِّئَةٍ، وَكَانَتْ لَهُ حِرْزًا مِنَ الشَّيْطَانِ يَوْمَهُ ذَلِكَ حَتَّى يُمْسِيَ، وَلَمْ يَأْتِ أَحَدٌ بِأَفْضَلَ مِمَّا جَاءَ بِهِ، إِلَّا أَحَدٌ عَمِلَ أَكْثَرَ مِنْ ذَلِكَ».

Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu, sesungguhnya Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam telah bersabda: "Barangsiapa mengucapkan ’laa il aha illallah wahdahu laa syarika lah, lahul mulku wa lahul hamdu wa huwa ’ala kulli syay-in qodiir’ [tidak ada sesembahan yang berhak disembah dengan benar kecuali Allah, tidak ada sekutu bagi-Nya, milik-Nya kerajaan dan segala pujian. Dia-lah yang Maha Kuasa atas segala sesuatu] dalam sehari sebanyak 100 kali, maka baginya sama dengan sepuluh budak (yang dimerdekakan, pen), dicatat baginya 100 kebaikan, dihapus darinya 100 kejelekan, dan dia akan terlindung dari setan pada siang hingga sore harinya, serta tidak ada yang lebih utama darinya kecuali orang yang membacanya lebih banyak dari itu." (HR. Bukhari no. 3293)

6. Perbanyak membaca Doa Lailatul Qadar berikut:

اللَّهُمَّ إِنَّكَ عَفُوٌّ تُحِبُّ الْعَفْوَ فَاعْفُ عَنِّى

Artinya: "Ya Allah, Sesungguhnya Engkau Maha Pemaaf (dari kesalahan), mencintai maaf, maka maafkanlah aku (dari kesalahan-kesalahanku)".

Hendaknya memperbanyak membaca doa ini pada malam yang diharapkan sebagai malam lailatul qadar, berdasarkan hadits yang diriwayatkan oleh Ummul Mukminin Sayidah Aisyah radhiyallahu 'anha ketika ia bertanya kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam:

يَا رَسُولَ اللَّهِ أَرَأَيْتَ إِنْ وَافَقْتُ لَيْلَةَ الْقَدْرِ مَا أَدْعُو؟ قَالَ: تَقُولِينَ: « اللَّهُمَّ إِنَّكَ عَفُوٌّ تُحِبُّ الْعَفْوَ فَاعْفُ عَنِّى ».
Artinya:
"Wahai Rasulullah, jika aku mendapati lailatul qadar, apakah yang aku baca?, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: Hendaknya kamu mengucapkan: Ya Allah, Sesungguhnya Engkau Maha Pemaaf (dari kesalahan), mencintai kemaafan, maka maafkanlah aku (dari kesalahan-kesalahanku)". (HR Ibnu Majah, no: 3850)

Jadi bagi saudari-saudariku tak perlu berkecil hati jika dalam keaadan haid di sepertiga terakhir bulan Ramadan. Selalu ada kesempatan untuk meraih kemuliaan Lailatul Qadar dengan berbagai bentuk amalan dan ibadah lainnya. Tetap semangat meraih kemuliaan bulan suci Ramadan.

______________

* Oleh: Andi Kurniawan, Lc.