Astaghfirullaha wa Atuubu Ilaih أَسْتَغْفِرُ اللهَ وَأَتُوْبُ إِلَيْهِ
Teman-teman zawiyah fiqih dimanapun berada semoga selalu berada dalam naungan lindungan Allah Ta'ala, Allahumma Aamiin.
Setiap manusia tidak pernah luput dari yang namanya salah, khilaf dan dosa. Dan yang paling baik dari orang yang melakukan kesalahan adalah yang sering bertaubat kepada Allah Ta'ala. Sebagaimana yang diriwayatkan oleh Anas bin Malik radhiyallahu 'anhu, dari Rosulullah shallallahu alaihi wasallam:
عن أنس بن مالك رضي الله عنه قال: قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : «كُلُّ بَنِيْ آدَمَ خَطَّاءٌ، وَخَيْرُ الخَطَّائِينَ التَوَّابُوْنَ».
Artinya: "Dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu berkata: Rosulullah shollallahu alaihi wasallam bersabda: Setiap Anak keturun Adam sering melakukan kesalahan, dan yang paling baik dari yang sering melakukan kesalahan itu adalah yang sering bertaubat". (HR. At-Tirmidzy, Ibnu Majah, Ad-Darimy, dan Ahmad).
Mulai dari bangun tidur hari ini sampai sekarang, sudah berapa kalikah kita mengucapkan kalimat taubat: Astaghfirullaha wa Atuubu Ilaih ?.
Teman-teman Zawiyah Fiqih Rahimakummullah:
Rasulullah shollallahu alaihi wasallam adalah pribadi yang ma'shuum (terpelihara dari kesalahan), walau demikian hal tersebut tidak lantas membuat Rasulullah shallallahu alaihi wasallam melupakan istighfar dan taubat, malah sebaliknya hal itu justru membuat Rasulullah shallallahu alaihi wasallam lebih sering untuk beristighfar dan bertaubat kepada Allah Ta'ala.
Diriwayatkan dari Abu Hurairoh radhiyallahu 'anhu bahwa Nabi kita Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, pemimpin anak manusia, menggucapkan Astaghfirullaha wa Atuubu Ilaih lebih dari 70 kali dalam sehari.
عن أَبُي هُرَيْرَةَ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ - صلى الله عليه وسلم - يَقُولُ « وَاللَّهِ إِنِّى لأَسْتَغْفِرُ اللَّهَ وَأَتُوبُ إِلَيْهِ فِى الْيَوْمِ أَكْثَرَ مِنْ سَبْعِينَ مَرَّةً »
Artinya: “Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu berkata: “Aku telah mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Demi Allah, sesungguhnya aku benar-benar beristighfar kepada Allah dan bertobat kepada-Nya, lebih banyak dari 70 kali dalam sehari”. (HR. Bukhari).
Lalu bagaimanakah dengan kita, umat Rasulullah shallallahu alaihi wasallam, yang tidak memiliki sifat ma'shuum (terpelihara dari kesalahan), sering melakukan kesalahan dan kekhilafan, ibadah belum sempurna, amal sholeh masih kurang, belum ada jaminan masuk surga, bukankah kita harus lebih banyak bersitighfar dan bertaubat daripada beliau ?.
Astaghfirullaha wa Atubu Ilaih, sampai detik ini, berapa kali kita merasakan kegalauan dan keresahan? lalu berapa kali juga kita sudah mengucapkan kalimat istighfar dan taubat ini?
Dalam sebuah hadits diriwayatkan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam jika merasa sesuatu menutupi hatinya, atau merasa hatinya terhalang (dari melaksanakan zikir yang sudah rutin dilakukan), beliau beristighfar sebanyak 100 kali dalam sehari.
عَنِ الأَغَرِّ الْمُزَنِىِّ - وَكَانَتْ لَهُ صُحْبَةٌ - أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- قَالَ « إِنَّهُ لَيُغَانُ عَلَى قَلْبِى وَإِنِّى لَأَسْتَغْفِرُ اللَّهَ فِى الْيَوْمِ مِائَةَ مَرَّةٍ ».
Artinya: “Dari Al-Agharr Al-Muzani radhiyallahu ‘anhu, sahabat nabi, berliau meriwayatkan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Sesungguhnya hatiku benar-benar terhalang (tertutupi) dan sungguh aku benar-benar beristighfar kepada Allah dalam sehari sebanyak 100 kali”. (HR. Muslim).
Rasulullah shallallahu alaihi wasallam yang hatinya selalu terjaga, terpelihara dan mendapat petunjuk, jika merasa ada sesuatu yang menghalangi dan menutupi hatinya, beliau selalu beristighfar dalam sehari sebanyak 100 kali, Lalu bagaimanakah dengan kita, yang hatinya tidak selalu terjaga dan tidak selalu mendapat petunjuk, bukankah kita harus lebih banyak beristighfar?
Astaghfirullaha wa Atubu Ilaih, sampai sekarang sudah berapa kali Anda mengucapkannya?
Dalam sebuah hadits diriwayatkan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam yang sudah dijamin ampunan oleh Allah Ta'ala, beliau beristighfar memohon ampunan dan bertaubat dalam satu majelis sebanyak 100 kali.
عَنِ ابْنِ عُمَرَ قَالَ إِنْ كُنَّا لَنَعُدُّ لِرَسُولِ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- فِى الْمَجْلِسِ الْوَاحِدِ مِائَةَ مَرَّةٍ « رَبِّ اغْفِرْ لِى وَتُبْ عَلَىَّ إِنَّكَ أَنْتَ التَّوَّابُ الرَّحِيمُ ».
Artinya: “Abdullah bin Umar radhiyallahu ‘anhuma berkata: “Sungguh kami pernah benar-benar menghitung untuk Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam di dalam satu majelis sebanyak 100 kali, beliau mengucapkan: Rabbighfir lii wa tub ‘alayya, innaka antattawwaburrahim. (Ya Tuhanku ampunilah dosa-dosa ku, dan terimalah taubatku, sesungguhnya Engkau maha penerima taubat dan maha penyayang)”. (HR. Abu Daud).
Oleh karena itu sebagai umat beliau hendaklah kita harus lebih banyak lagi bertighfar, karena kita sama sekali tidak ada jaminan ampunan dosa, yang ada dosanya selalu bertambah.
Coba teman-teman perhatikan penjelasan yang sangat bermanfaat dari Syeik Ibnu Taimiyah dalam kitabnya Majmu' Fatawa berikut ini:
وَقَالَ شَيْخُ الْإِسْلَامِ تَقِيُّ الدِّينِ أَحْمَد ابْنُ تَيْمِيَّة - رَحِمَهُ اللَّهُ تَعَالَى - :
فَالْعَبْدُ دَائِمًا بَيْنَ نِعْمَةٍ مِنْ اللَّهِ يَحْتَاجُ فِيهَا إلَى شُكْرٍ وَذَنْبٍ مِنْهُ يَحْتَاجُ فِيهِ إلَى الِاسْتِغْفَارِ وَكُلٌّ مِنْ هَذَيْنِ مِنْ الْأُمُورِ اللَّازِمَةِ لِلْعَبْدِ دَائِمًا فَإِنَّهُ لَا يَزَالُ يَتَقَلَّبُ فِي نِعَمِ اللَّهِ وَآلَائِهِ وَلَا يَزَالُ مُحْتَاجًا إلَى التَّوْبَةِ وَالِاسْتِغْفَارِ . وَلِهَذَا كَانَ سَيِّدُ وَلَدِ آدَمَ وَإِمَامُ الْمُتَّقِينَ مُحَمَّدٌ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَسْتَغْفِرُ فِي جَمِيعِ الْأَحْوَالِ.
Artinya: Syeikhul Islam Ibnu Taimiyah berkata: "Seorang hamba selalu berada di antara nikmat dari Allah yang perlu dia syukuri dan dosa darinya yang dia perlu untuk meminta pengampunan. Dan dua hal ini adalah hal-hal yang selalu menyertai seorang hamba, karena dia selalu berpindah-pindah (berada) dalam nikmat dan karunia Allah, dan dia senantiasa memerlukan taubat dan pengampunan. Oleh karena itu, pemimpin umat manusia dan imam orang-orang bertakwa, Nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam, selalu meminta pengampunan (beristighfar) dalam segala keadaan." (Majmu' Fatawa, 10/88).
Semoga kita semua diberi kemudahan oleh Allah Ta'ala untuk menjadi pribadi yang selalu berusaha untuk meningkatkan kualitas iman, ibadah dan muamalah kita, dan juga semoga Allah Ta'ala menjauhkan kita dari segala bentuk kesalahan dan kekhilafan. dan semoga Allah Ta'ala memudahkan kita untuk menjadi bagian dari orang-orang yang selalu bertaubat dan memohon ampunan dari Allah Ta'ala. Aamiin ya Allah, Aamiin ya Rahmam, Amiin ya Rahiim, Aamiin ya Mujiibas saailiin, Aamiin Allahumma Aamiin.
Wallahu a’lam bisshawaab.